Indef: Tahun Ini Bisa Jadi Momentum untuk Kejar Pertumbuhan yang Sempat Terkontraksi

0
473
Reporter: Rommy Yudhistira

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai periode 2022 bisa menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah untuk bangkit mengejar pertumbuhan ekonomi karena 2 tahun terakhir mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19.

Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef Eisha M. Rachbini mengatakan, beberapa kebijakan prioritas yang sedang dilakukan oleh pemerintah memang bertujuan untuk memulihkan perekonomian nasional. Namun, perlu ada evaluasi atas kebijakan tersebut sehingga dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

“Memang subsidi itu diperlukan, cuma memang kalau misalnya bisa membebani itu juga harus dilihat seberapa besar dan perlu adanya pengurangan. Melihat situasi kondisi yang ada,” kata Eisha dalam diskusi virtual Pusat Kajian Anggaran DPR, Selasa (10/5).

Soal itu, kata Eisha, tampak dalam subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite. Nilai keekonomiannya dinilai sangat rendah dan memiliki rentang harga yang jauh terhadap BBM jenis pertamax.

Karena itu, kata Eisha, ketika pemerintah masih tetap mempertahankan subsidi dengan anggaran yang cukup besar, kemungkinan akan membebani anggaran pendapatan belanja negara (APBN) ke depan. Itu sebabnya, pengurangan akan subsidi juga perlu dipertimbangkan.

Baca Juga :   Kemenkes Perlu Jelaskan Masa Berlaku dan Ketersediaan Vaksin Halal Sesuai Putusan MA

“Selain diharapkan tidak membebani APBN, juga untuk mengurangi subsidi ke depan terutama bahan bakar berbasis fosil. Ini untuk transformasi energi juga,” ujar Eisha.

Menurut Eisha, pemerintah perlu mengutamakan APBN ke sektor-sektor yang diprioritaskan. Dengan demikian, beban dari APBN itu sendiri dapat dikurangi dan berjalan dengan efektif.

“Mana saja prioritas belanjanya, salah satunya bisa mengurangi subsidi sedikit-sedikit, tapi melihat juga mana kelompok-kelompok rentan yang harus dibantu. Karena untuk menjaga pemulihan ekonomi. Yang terakhir bisa mengoptimalisasi pendapatan dari sisi pajak,” kata Eisha.

Terkait masalah global yang sedang terjadi, kata Eisha, pemerintah diwanti-wanti agar menganalisis sehingga dampaknya terhadap ekonomi nasional bisa diantisipasi dengan baik. Soalnya, sebelum ada perang Rusia-Ukraina, seluruh dunia masih optimistis bahwa pertumbuhan masih baik.

“Tapi ketika ternyata pecah perangnya, seluruh lembaga internasional merevisi pertumbuhan ekonomi ke depan akan melambat dan juga risiko inflasi yang akan tinggi,” katanya.

 

Leave a reply

Iconomics