Gunung Raja Paksi Pede Raup Pasar Baja

0
252

PT Gunung Raja Paksi Tbk, emiten baru di bidang industri peleburan dan penggilingan baja (furnace & steel rolling) melihat peluang yang sangat luas untuk tumbuh lebih besar. Asumsi konsumsi baja per kapita di Indonesia masih relatif rendah dan kapasitas produksi baja domestik yang masih belum memenuhi permintaan. Kondisi ini pula yang mendorong impor baja yang memiliki kecenderungan meningkat.

Direktur Utama PT Gunung Raja Paksi Tbk, Alouisius Maseimilian mengatakan opsi untuk melakukan go publicsebagai langkah besar untuk menangkap peluang yang lebih besar untuk perusahaan.

Indonesia memiliki pertumbuhan PDB rata-rata 2018 sekitar 5,17% per tahunnya dan triwulan 1 tahun 2019 sekitar 5,07%, sesuai dengan data bps.go.id. Dengan adanya pertumbuhan ini, konsumsi baja per kapita ikut bertumbuh.

Menurut data South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI), konsumsi baja per kapita Indonesia paling rendah di antara negara Asia Tenggara lainnya. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prospek usaha yang tinggi karena memiliki tingkat konsumsi yang berpotensi bertambah menyamai negara-negara tetangga di masa datang. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia atau IISIA dan SEAISI memperkirakan konsumsi baja di Indonesia akan meningkat dari 57 kg per kapita di 2018 menjadi 84 Kg per kapita di 2020.

Baca Juga :   Hutama Karya Pasang Target Optimistis di Tahun 2021

Konsumsi baja per kapita Indonesia diproyeksikan akan naik menjadi 61 kg per kapita pada 2019, atau tumbuh sekitar 7,02% dalam satu tahun. Target tersebut dapat tercapai mengingat Indonesia akan menikmati dampak berkelanjutan dari pembangunan termasuk pengembangan infrastruktur yang telah berjalan semenjak tahun 2015.

Produksi baja nasional tumbuh signifikan sebesar 27,3% dari 7,8 juta MT pada 2017 menjadi 10 juta MT pada 2018. Akan tetapi, hal ini masih belum cukup mengingat konsumsi baja nasional yang mencapai 15,08 juta MT pada 2018.

Selisih yang cukup besar ini pun akhirnya dipenuhi melalui impor dan membuat Indonesia menjadi negara net importir baja terbesar ke-4 di dunia, di bawah Amerika Serikat, Vietnam, dan Thailand. Dengan fakta tersebut, maka sangat diharapkan peran serta pelaku industri baja nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi baja sehingga dapat mengurangi ketergantungan baja dari negara-negara eksportir baja seperti Jepang, China, dan Korea Selatan

Leave a reply

Iconomics