
Garuda: Masyarakat Umumnya Masih Enggan Naik Pesawat di Masa Covid-19

Tangkapan layar YouTube, Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan IT Garuda Ade R. Susardi/Iconomics
Kendati industri airline terdampak parah karena wabah Covid-19, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, tetap berupaya melayani penerbangan masyarakat sebaik mungkin. Upaya yang dilakukan Garuda antara lain mengkampanyekan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan membatasi jumlah penumpang.
“Seperti sektor pariwisata, kondisi airline juga terdampak karena Covid-19. Soalnya kan dilarang bepergian, terbang dilarang, juga berkumpul dilarang. Tapi, seperti sektor pariwisata, kami melihat ada cahaya terang di ujung situasi ini,” kata Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan IT Garuda Ade R. Susardi dalam sebuah webinar,Kamis (26/11).
Soal penerbangan, kata Ade, data menunjukkan ada peningkatan dari waktu ke waktu. Akan tetapi, Garuda pernah merasakan jumlah penerbangan pada Mei 2020 hanya 34 kali per hari. Padahal itu momentum bulan Ramadhan.
Di masa normal 2019, kata Ade, jumlah penerbangan bisa mencapai 400 hingga 500 per hari. Kenaikan jumlah penerbangan mulai terlihat pada Agustus 2020 yang mencapai 170 penerbangan per hari dengan jumlah penumpang mencapai 9.000 orang.
“Di bulan September 2020 jumlah penumpang kembali meningkat menjadi 14 ribu per hari. Dan terakhir tercatat jumlah penumpang sudah mencapai 17 ribu per hari. Mudah-mudahan akan berkembang lagi selanjutnya,” kata Ade.
Meski meningkat, kata Ade, jumlah penumpang ini masih jauh di bawah dalam situasi normal yang bisa mencapai 60 ribu hingga 80 ribu per hari. Tentu saja, situasi sekarang ini diharapkan bisa kembali menuju situasi normal itu.
Dikatakan Ade, berdasarkan survei internal Garuda sekitar 56% responden berencana untuk terbang dari Juli hingga Desember 2020. Sementara 73% responden menilai bepergian menggunakan pesawat baru akan aman 6 bulan lagi. Sedangkan hanya 12% responden yang memesan tiket untuk bepergian.
“Jumlah ini menunjukkan betapa rendahnya masyarakat bepergian dengan pesawat. Artinya penumpang masih merasa belum aman. Itu sebabnya, kami terus sosialisasikan bahwa penerbangan kita aman dan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat,” kata Ade.
Leave a reply
