
Erick Thohir Dorong BUMN Tingkatkan Kontribusi pada Pendapatan Negara

Menteri Erick Thohir mengunjungi Blok Rokan/Dok. Pertamina
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong agar kontribusi perusahaan plat merah pada pendapatan negara terus meningkat dari tahun ke tahun. Transformasi BUMN diantaranya melalui holdingisasi dan merger diharapkan akan membuat kinerja BUMN semakin baik ke depan.
Erick mengatakan tahun 2020 lalu, di tengah pandemi Covid-19, perusahaan BUMN memberikan kontribusi pada pendapatan negara senilai Rp375 triliun yang berasal dari pajak, dividen dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dalam 10 tahun terakhir, kontribusi BUMN pada pendapatan negara mencapai Rp3.295 triliun.
“Di tahun 2021, 2022, 2023, 2024, kita upayakan ada peningkatan. Untuk tahun 2021 mungkin stagnan dulu, tetapi ke depannya kita coba ada peningkatan. Karena kita tahun banyak sekali program pemerintah memerlukan dana untuk membantu rakyat yang kesulitan, atau pun investasi pasca covid itu sendiri,” ujar Erick dalam talkshow virtual bertajuk ‘Bangkit Bareng’, Selasa (28/9).
Untuk terus meningkatkan kontribusi BUMN pada pendapatan negara ini, Erick mengatakan akan terus mendorong transformasi BUMN. Menurutnya, transformasi ini penting agar perusahaan BUMN tidak terlena.
Transformasi yang sudah dilakukan, menurutnya, saat ini sudah terlihat hasilnya, seperti pada pembentukan holding migas dan sub-sub holdingnya. “Ini tentu bagian dari efisiensi dan juga fokus kepada bisnisnya sehingga ada operasional excellence, karena kita punya cita-cita punya perusahaan yang valuasinya US$100 miliar,” ujar Erick.
Pertamina, tambah Erick sudah masuk dalam jajaran perusahaan besar dunia. Ia berharap hal ini bisa ditingkatkan lagi dengan adanya holding. “Alhamdulillah kalau kita lihat di [subhoding] Upstream sendiri itu labanya sampai Juli ini US$1 miliar,” ujarnya.
Selain itu, Subholding Upstream Pertamina juga menemukan potensi cadangan minyak dan gas baru sebesar 204 juta barel. Penemuan ini tentu menjadi kabar gembira di tengah tren penurunan produksi minyak. “Nah, ini ada potensi baru. Kita berdoa saja ini menjadi realita,” ujarnya.
Efisiensi juga sudah terlihat pada subholding Refining and Petrochemical. Erick mengatakan selama ini lini bisnis Refining and Petrochemical ini menjadi cost centre, tetapi sekarang sudah ada laba sebesar US$280 juta.
Keberadaan subholding Refining and Petrochemical sangat penting untuk mengolah produk turunan, tremasuk bahan baku obat-obatan yang selama ini diimpor.
“Petrochemical yang sedang kita bangun salah satunya untuk memproduksi paracetamol,” ujar Erick.
Selain melalui holding, transformasi BUMN juga telah dilakukan melalui merger. Salah satu merger yang dilakukan BUMN pada tahun ini adalah merger tiga bank syariah anak usaha BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Dengan aset seniliar Rp240 triliun, bank hasil merger ini, langsung masuk dalam jajaran 10 bank besar di Indonesia. “Kita dorong terus BSI ini menjadi pemain global,” ujar Ercik.
Leave a reply
