
Ekonom: Gotong Royong Lewat Omni Channel Lawan Pandemi Covid-19

Ilustrasi penjualan lewat Omni Channel/SIRCLO
Pandemi Covid-19 telah membawa dampak luar biasa kepada seluruh tatanan kehidupan masyarakat pada skala global. Di Indonesia juga merasakan itu yang bermula dari krisis kesehatan menjalar menjadi krisis ekonomi dan sosial.
Ekonom Sri Adiningsih mengatakan, masyarakat perlu bersatu bersama dalam semangat gotong royong untuk dapat mengatasi pandemi saat ini. Terutama dari segi ekonomi di mana pada Kuartal II/2020 ekonomi Indonesia terkontraksi -5,32%. Dan diperkirakan akan terus mengalami kontraksi selama kuartal III.
“Selain itu, masih cukup banyak juga yang merasa kehidupan memburuk sehingga ini tantangan kita apabila gotong royong kebersamaan dan solidaritas perlu dikembangkan karena masih seperlima dari masyarakat yang mengatakan kondisi ekonominya memburuk,” kata Sri di acara webinar, Senin (7/9).
Sri Adiningsih berharap, kondisi terburuk telah lewat dan pertumbuhan kembali (recovery) dapat dicapai secara perlahan walaupun belum tentu pada tingkat sebelum masa pandemi. Pasalnya, pandemi ini telah membawa transformasi besar terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat (new normal).
Tantangan utama ke depannya, kata Sri Adiningsih, bagaimana pemerintah bersama para pemangku kepentingan lainnya dapat bersama-sama membantu masyarakat dalam bertransformasi pada gaya hidup baru dan semakin digital memasuki era yang baru.
“Tantangan kita semua, seperti kita pahami, pemerintah pusat atau daerah pun terbatas. Sehingga fungsinya kita gotong royong disini, membantu transformasi masyarakat Indonesia dengan gaya hidup baru, dengan platform digitalisasi yang semakin meningkat apalagi bicara dampak Covid-19 luar biasa,” kata Sri.
Menurut Sri, transformasi digital telah sangat membantu dalam mempertahankan aspek kehidupan masyarakat di tengah pandemi. Baik dalam memenuhi kebutuhan belanja melalui e-commerce, melakukan pembayaran melalui digital payment, dan bahkan dalam tahun ini masyarakat dengan cepat telah beradaptasi dan mengadopsi layanan seperti Zoom untuk kebutuhan komunikasi mereka secara tidak tatap muka langsung.
“Juga orang yang baru mulai jualan secara online banyak. Kata IdEA (asosiasi e-commerce Indonesia) ada 300 ribu. Termasuk penjualan online pada bulan April naik 4,8 kali. Saya ingin sampaikan ini perubahan besar dan tidak mudah diikuti,” kata Sri.
Perubahan tersebut, kata Sri, tentu akan terasa secara jangka panjang. Berdasarkan survei Redseer, 77% dari konsumen mengatakan tidak akan balik ke cara-cara berbelanja yang sebelumnya. Bagi dunia usaha, khususnya UMKM, ingin bertahan atau bahkan tumbuh, akan sulit jika hanya berkutat kepada penjualan luring dan tidak berpindah ke kanal daring.
Ke depannya, kata Sri, kebangkitan sikap gotong royong untuk mensosialisasikan gaya hidup yang baru dan mempercepat pemulihan ekonomi dapat dilakukan dengan perpaduan antara kanal luring dan daring, atau disebut sebagai Omni Channel. Selain dengan membantu melalui cara tradisional seperti sembatan atau sebagai relawan, namun banyak metode lain yang tersedia secara online seperti sosialisasi melalui media sosial, maupun penggolongan dana dengan crowdfunding.
“Pandemi telah membangkitkan kembali semangat gotong royong di masyarakat, meski caranya berubah. Tidak hanya lewat sambatan atau relawan, atau memberikan uang tapi bentuknya Omni Channel. Ada gotong royong digital atau online, atau gotong royong dalam pengedukasian, melaksanakan new normal, pakai masker, itu luar biasa,” katanya.
Leave a reply
