Ditjen EBTKE Ungkap Strategi Pengembangan EBT Berbasis Sawit

0
219
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Penurunan emisi karbon dan penggunaan energi baru terbarukaan (EBT) kini tengah menjadi perhatian pemerintah, termasuk EBT di sektor pertanian. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa dari total 915 juta ton emisi karbon yang harus diturunkan, dari sektor pertanian sendiri harus menurunkan 10 juta ton emisi karbon.

Ia mengatakan telah memiliki berbagai strategi dalam pengembangan EBT berbasiskan sawit yaitu pengembangan PLT bioenergi, pemanfaatan limbah sawit untuk feedstock cofiring biomassa pada PLTU eksisting, kemudian pemanfaatan compressed biomethane gas, dan pengembangan biofuel atau green fuel.

Pemanfaatan biofuel ini akan didorong cukup massif dari sisi pendekatan teknologi untuk kemudian dapat mengonversi secara langsung dari minyak nabati atau sawit menjadi bahan bakar.

“Menjadi bahan bakar nabati baik itu yang sifatnya seperti yang sekarang biodiesel maupun yang nanti sifatnya adalah green fuels jadi green fuels itu bahan bakar yang berasal dari biomassa atau bioenergi tapi dia sifatnya 100% sama dengan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi,” kata Dadan dalam Webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan), Rabu, (24/05/2023).

Baca Juga :   Menko Airlangga dan Menteri Industri Perkebunan Malaysia: Saat yang Tepat Melakukan Promosi Minyak Sawit

Menurutnya, pemanfataan bio energi khususnya yang berbasis sawit akan dimanfaatkan secara maksimal.

“Terkait dengan pemanfaatan bio energi khususnya yang berbasis sawit, kita akan manfaatkan secara maksimal baik itu dalam bentuk bahan bakar nabati yang sifatnya cair, maupun dalam bentuk bio gas untuk mengolah limbah-limbah cairnya yang masih organik atau juga memanfaatkan yang bentuknya padat atau bio massa, misalnya pohonnya, tandannya, kemudian fibernya itu juga jumlahnya kan cukup besar,” kata Dadan.

Adanya pohon sawit ini juga akan mengamibil emisi karbondioksida yang lebih tinggi dibandingkan dengan pohon atau tanaman lain. Per tahunnya, pohon kelapa sawit dapat menyerap sekitar 161 ton karbondioksida per hektar, dan jika total luas lahan sawit tahun 2022 sebesar 14,38 juta hektar, maka karbon yang akan terserap sebanyak 927,5 juta ton karbon.

“Kita bandingkan dengan pohon-pohon yang lain, ada yang pohon yang menyerapnya jauh lebih sedikit daripada sawit sehingga secara langsung bisa saya sampaikan bahwa sawit ini bagus untuk lingkungan karena menyerap CO2 yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon-pohon yang lain,” ungkapnya.

Leave a reply

Iconomics