Dirut BSI Ungkap Mengapa Perbankan Syariah Tahan Banting Hadapi Krisis

0
404

Di tengah kondisi yang menantang saat ini, perbankan syariah memiliki ketahanan dan masih bisa tumbuh di masa pandemi Covid-19. Dari sisi aset, misalnya, perbankan syariah tumbuh sekitar 13,11% dan dari sisi pembiayaan tumbuh sekitar 8,08% pada 2020.

“Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sekitar 11% sehingga situasinya memang agak anomali manakala perbankan konvensional mengalami tekanan karena dampak pandemi. Mungkin karena restrukturisasi yang jumlahnya cukup besar,” kata Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi dalam sebuah diskusi yang juga ditayangkan secara virtual, Jumat (23/4).

Hery mengatakan, pertumbuhan perbankan syariah itu kelihatan besar lantaran memang dimulai dari dasarnya yang kecil. Lantas mengapa sebenarnya perbankan syariah bisa memiliki ketahanan ketika menghadapi krisis atau pandemi Covid-19?

Secara model bisnis, kata Hery, perbankan syariah menggunakan skema profit and loss sharing atau istilahnya deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Jadi kalau ada untung dibagikan, jika tidak ada untung tidak dibagikan apapun.

Baca Juga :   Erick: RS Modular Covid-19 di Jakarta Akan Rampung Dalam 2 Pekan

“Menurut kami cocok, sangat fleksibel model bisnis begini. Beda, misalnya, dengan bisnis bank konvensional bunga deposito dan keuntungan 7% kan nggak bisa dibagi hasil, tetap dibayar itulah kewajiban bank. Begitu pula dengan kredit nasabah, paling hanya minta retsrukturisasi,” kata Hery.

Karena itu, kata Hery, model bisnis demikian patut diapresiasi sehingga pertumbuhan aset, pembiayaan dan DPK menjadi sesuatu yang menjanjikan. Apalagi pertumbuhannya di atas pertumbuhan perbankan nasional dan di atas pertumbuhan perbankan konvensional.

Walau demikian, kata Hery, meski tumbuh pesat akhir-akhir ini, perbankan syariah Indonesia boleh dibilang agak ketinggalan dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Begitu juga dengan potensi industri halalnya yang diperkirakan mencapai Rp 4.800 triliun.

“Yang justru memulai industri keuangan syariah atau perbankan syariah ini adalah Malaysia. Dimulai sejak 1960-an. Kita di 1990-an. Di sana pangsa pasar perbankan syariah mencapai 30% dari pangsa pasar perbankan nasional. Kita masih di bawah 7%. Tapi,nggak apa-apa daripada tidak sama sekali,” kata Hery.

Baca Juga :   Wakil Ketua DPR: Pemerintah Perlu Kaji Dampak Covid-19 Varian Omicron

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics