
Digitalisasi Disebut Akan Membawa Perubahan Permanen kepada Ekonomi Nasional

Tangkapan layar YouTube, mantan Menteri Riset dan Teknologi /Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro/Iconomics
Sektor perbankan dan lembaga keuangannya terus menghadapi tantangan dari zaman ke zaman. Tantangan itu antara lain krisis 1998 hingga badai keuangan pada 2008, sektor perbankan tetap mampu melewatinya. Kini tantangan itu kembali menghampiri sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Tantangan terkini itu, menurut mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, barangkali secara permanen akan mengubah struktur dan sistematika perbankan dan sektor keuangan bukan bank secara mendasar. Perubahan itu adalah terjadinya tranformasi digital ketika revolusi industri ke-4 mulai ada di Indonesia.
“Pada dasarnya kita mulai melakukan transformasi digital dan pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital tersebut. Jadi bukan pandemi yang membuat kita terpaksa berubah menjadi digital tetapi pandemi memaksa kita untuk mempercepat perubahan cara pandang, karakter dan perilaku,” kata Bambang dalam sambutannya di sebuah acara secara virtual, Kamis (3/6).
Menurut Bambang, perubahan sektor perbankan ke arah digital tidak sekadar perubahan dari offline ke online. Jangan hanya dipersepsikan sebagai segala sesuatu yang tampak secara fisik menjadi virtual. Tetapi ada yang lebih besar dari yakni perubahan kepada struktur dan karakter perekonomian nasional.
Perubahan digital itu, kata Bambang, bisa dimaknai bahwa masyarakat khususnya kalangan milenial yang sudah terbiasa dengan digital, tetapi perekonomiannya masih mengandalkan sumber daya alam. Masih sangat tergantung kepada naik-turunnya harga komoditas yang suka atau tidak suka masih menjadi bagian dari perekonomian Indonesia.
“Barangkali kita harus merasakan bahwa seharusnya ekonomi Indonesia sudah tidak lagi berbasis sumber daya alam karena sejak awal 90-an sebenarnya sektor manufaktur sudah muncul ke permukaan. Sayangnya setelah krisis finansial Asia sektor manufaktur kita kontribusinya terhadap PDB terus menurun,” kata Bambang.
Level industrialisasi yang diharapkan, kata Bambang, jauh lebih tinggi pada era 90-an ketimbang saat ini. Rasio sektor manufaktur terhadap PDB yang pada 90-an mendekati 30% menjadi di bawah 20% pada saat ini.
“Ini artinya kita harus benar-benar melakukan perubahan signifikan. Mulai meninggalkan pendekat sumber daya alam dan mengarahkan ekonomi kita menjadi berbasis inovasi,” kata Bambang.
Leave a reply
