Di Tahun Resesi Ini, Pertumbuhan Indonesia Disebut Masih Cukup Baik

0
415

Meski Indonesia resmi memasuki masa resesi, tetapi situasinya tidak terlalu mengkhawatirkan seperti yang dibayangkan selama ini. Indikator pertumbuhan perekonomian Indonesia meski terkontraksi negatif -5,32% di Kuartal II/2020 dan -3,49% di Kuartal III/2020, tapi masih lebih baik dibanding negara-negara lain.

Menurut Chief Economist Digital Banking Institute Aldrin Herwany, situasi krisis yang terjadi saat ini mirip apa yang terjadi pada 2018 dan 2019. Ketika negara-negara lain pertumbuhannya berada di bawah 3%, Indonesia justru stabil berada di angka 5%.

“Kemudian, nilai tukar rupiah kita saat ini juga stabil berkisar Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Untuk pertumbuhan negatif tidak terlalu jelek dibanding negara lain,” kata Aldrin dalam sebuah webinar, Senin (21/12).

Soal inflasi bulanan, kata Aldrin, Indonesia mengalami deflasi pada Maret 2020 ketika pertama kali wabah Covid-19 diumumkan. Itu terjadi karena mulai diterapkannya pembatasan sosial, jarak jarak dan semua aktivitas dilakukan dari rumah. Itu sebabnya, semuanya turun secara drastis baik di sektor formal maupun sektor informal.

Baca Juga :   Hyundai Motor Donasikan 3 Ventilator untuk 3 Rumah Sakit di Jakarta dan Bekasi

Pada waktu itu, kata Aldrin, inflasi terjadi pada makanan karena pada masa pandemi sektor tersebut yang paling banyak dicari masyarakat. Setelah itu, sektor kesehatan. “Jadi sektor informal pada waktu itu bisa hanya bisa bertahan 1 bulan, sementarasektor formal bisa bertahan 2-3 bulan, sudah hebat isa begitu,” kata Aldrin.

Sementara dari sisi ekspor, kata Aldrin, pertumbuhannya masih positif meski tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Untuk impor Indonesia mengalami penurunan karena turunnya permintaan dalam negeri. Selain bahan baku, impor yang dilakukan juga bahan campuran yang dibutuhkan untuk proses produksi.

“Tetapi, semuanya turun drastis di masa pandemi, termasuk peringkat kredit kita juga turun menjadi negatif,” ujar Aldrin.

Untuk penjualan sektor retail, kata Aldrin, secara bulanan turun terus sejak pandemi berlangsung. Per Oktober 2020, misalnya, penjualan retail berada di posisi -14,9% yang meliputi retail barang rekreasi, makanan dan minuman, dan bahan bakar serta perabot.

“Untuk penjualan retail pertumbuhan tahunan hanya beberapa bulan positif namun negatif lagi jelang akhir tahun,” kata Aldrin.

Baca Juga :   Sri Mulyani: Lebih dari 80% KLU telah Manfaatkan Insentif Pajak

Dari sisi suku bunga, menurut Aldrin, Bank Indonesia (BI) sudah maksimal menurunkannya ke level 3,75%. Ini terendah sepanjang sejarah Indonesia. Akan tetapi, ini tidak memicu pertumbuhan kredit. “Suku bunga penting dalam penyaluran kredit, itu terbantahkan sekarang. Ini terkait persepsi regulator, pelaku usaha dan perbankan. Itu sebabnya belum bisa berekspansi kredit,” kata Aldrin.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics