BKF: Industri Pengolahan dan Perdagangan Berkontribusi Besar pada Pertumbuhan Ekonomi 2021

0
284

Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2021 mampu tumbuh sebesar 5,02% (yoy), menunjukkan menguatnya pemulihan ekonomi. Secara quarter-to-quarter (qtq), pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun 2021 tercatat 1,06%, melampui pola normalnya yang secara historis mencatatkan pertumbuhan negatif (qtq kuartal IV 2015 – 2019 rata-rata -1,7%).

“Keberhasilan pengendalian pandemi, partisipasi masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi, efektivitas kebijakan stimulus fiskal oleh pemerintah serta sinergi yang baik antar otoritas dalam menjaga stabilitas dan percepatan pemulihan ekonomi menjadi faktor utama terjaganya keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam siaran pers tertulis.

Laju pertumbuhan ekonomi kuartal IV ditopang oleh pertumbuhan positif seluruh komponen pengeluaran dan sektor produksi utama. Keberhasilan pengendalian pandemi pasca penyebaran varian Delta di kuartal III 2021 mampu mendorong keyakinan masyarakat untuk beraktivitas dan dunia usaha untuk berekspansi. Aktivitas ekspor mampu melanjutkan pertumbuhan yang tinggi seiring permintaan dan harga komoditas global yang meningkat. Sementara impor juga meningkat. Mencerminkan menguatnya pemulihan permintaan domestik, khususnya sektor produksi.

Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor unggulan nasional seperti manufaktur, perdagangan, konstruksi, dan transportasi melanjutkan tren pemulihan dengan mencatat pertumbuhan kuat.

Secara keseluruhan tahun 2021, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69%, atau sejalan dengan outlook Kementerian Keuangan. Dari sisi laju pemulihan, PDB Indonesia tahun 2021 berhasil melampaui level periode prapandemi. Hal ini patut dicatat mengingat masih banyak perekonomian yang belum mampu kembali ke kapasitas sebelum pandemi, seperti Filipina, Mexico, Jerman, Perancis, dan Italia.

Pemerintah menyebut dengan pertumbuhan ekonomi ini juga, tingkat PDB per kapita Indonesia berhasil naik dari 57,3 di tahun 2020 ke Rp62,2 juta di tahun 2021 (naik 8,6%), atau US$4.349,5. Dengan pencapaian ini dan klasifikasi Bank Dunia terakhir (2020), Indonesia diperkirakan kembali masuk ke kelompok Upper-Middle Income Countries pada tahun 2021.

Baca Juga :   Kemenkeu Permudah Perdagangan ke Empat Negara di Eropa

Realisasi sementara Belanja Negara T.A. 2021 mencapai Rp2.786,8 triliun (101,3% dari pagu). Sementara realisasi sementara Program PEN 2021 sebesar Rp658,6 triliun (88,4% dari Pagu Rp744,77 triliun), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp575,8 triliun. Tetap terjaganya laju pemulihan ekonomi juga memberikan efek positif pada Pendapatan Negara yang tumbuh sebesar 21,6%, terutama ditunjang oleh penerimaan perpajakan yang tumbuh 19,2% (yoy) atau mencapai 103,9% dari target APBN dan kembali pada level pra-pandemi pada tahun 2019.

Pandemi yang terkendali mendorong fenomena “pent up demand” konsumsi masyarakat yang diikuti peningkatan aktivitas investasi. Penyebaran varian Delta yang berhasil dikendalikan dengan cepat dan efektif mampu mendorong aktivitas Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 3,55% (yoy) di kuartal IV tahun 2021. Secara keseluruhan 2021, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh progresif sebesar 2,02% setelah terkontraksi 2,63% di 2020.

Sementara itu, aktivitas investasi (PMTB) yang sempat tertahan, juga kembali dapat meningkat 4,49% pada kuartal IV tahun 2021. Keberlanjutan Program Strategis Nasional dan belanja modal pemerintah serta mulai membaiknya kinerja investasi sektor swasta menjadi penopang perbaikan laju pertumbuhan investasi pada kuartal IV. Secara keseluruhan 2021, Investasi kembali tumbuh positif 3,80% setelah tumbuh negatif 4,96% di 2020. Konsumsi Pemerintah juga mampu tumbuh 5,25% (yoy) di kuartal IV atau 4,17% secara keseluruhan 2021 sejalan dengan peningkatan realisasi belanja negara, khususnya terkait akselerasi program vaksinasi, keberlanjutan program perlindungan sosial, serta pelaksanaan layanan publik pemerintah.

Baca Juga :   Aprindo Siap Dorong Konsumsi Masyarakat dan Tekan Inflasi

Ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi pada kuartal IV sebesar 29,83% (yoy). Laju pemulihan ekonomi global menjadi faktor utama yang menjaga kinerja ekspor Indonesia, terutama bersumber dari ekspor nonmigas seperti olahan CPO, kendaraan bermotor, dan mesin. Selain itu, ekspor hasil hilirisasi mineral logam tumbuh signifikan di sepanjang tahun 2021 (ekspor besi baja tahun 2021 termasuk hasil olahan nikel tumbuh 92.9% yoy). Di sisi lain, kinerja Impor juga tumbuh tinggi mencapai 29,60% (yoy), didominasi oleh importasi barang modal dan bahan baku, mencerminkan peningkatan aktivitas produksi domestik pada periode selanjutnya. Secara keseluruhan tahun 2021, kinerja ekspor dan impor barang dan jasa tumbuh tinggi masing-masing sebesar 24,04% dan 23,31%.

Kementerian Keuangan menyatakan kontributor utama PDB dari sisi produksi juga mampu tumbuh positif. Sektor Industri Pengolahan, yang berkontribusi paling besar terhadap ekonomi Indonesia, tumbuh sebesar 4,92% (yoy) pada kuartal IV atau 3,39% secara tahunan di 2021. Peningkatan permintaan ekspor yang tinggi serta permintaan dalam negeri yang mulai pulih menjadi fondasi penting yang mendorong pemulihan sektor ini. Hingga saat ini, ekspansi sektor manufaktur masih terus meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh indikator Purchasing Managers’ Index yang terus naik dari 53,5 pada Desember 2021 menjadi 53,7 pada Januari 2022. Pemulihan sektor manufaktur yang berkesinambungan ini diharapkan memperkuat basis pertumbuhan ekonomi nasional dan mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar dan berkualitas.

Sektor Perdagangan juga tumbuh kuat pada kuartal IV sebesar 5,56% (yoy) atau 4,65% secara keseluruhan tahun 2021. Peningkatan ini didorong oleh membaiknya mobilitas masyarakat sejalan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang relatif mereda. Kebijakan pemberian PPnBM DTP untuk pembelian mobil juga mendorong kinerja perdagangan kendaraan bermotor secara signifikan. Tingkat penjualan mobil ritel mampu tumbuh 53,9% (yoy) pada kuartal IV atau 49,3% (yoy) di sepanjang tahun 2021.

Baca Juga :   Anggota Banggar Ini Tidak Setuju Pemerintah Ikut Tanggung Biaya Proyek KCJB

Kinerja sektor penunjang pariwisata tampak mulai menunjukkan perbaikan signifikan, meski masih di bawah level pre-pandemi. Sektor Transportasi dan pergudangan tumbuh tinggi sebesar 7,93% (yoy) (keseluruhan 2021: 3,24%) sementara Sektor Penyediaan Akomodasi Makan-minum juga tumbuh positif 4,95% (keseluruhan 2021 3,89%). Relaksasi pembatasan kegiatan masyarakat dan aturan perjalanan serta tingkat kepercayaan masyarakat mulai mendorong aktivitas pariwisata untuk mulai bangkit di tengah pandemi. Adaptasi penerapan protokol kesehatan di lokasi destinasi wisata juga berperan penting dalam memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan.

Pemerintah optimistis bahwa kinerja perekonomian akan semakin kuat dan diproyeksi tumbuh sebesar 5,2% di tahun 2022. Kinerja tersebut akan ditopang oleh penguatan investasi dan ekspor serta kelanjutan pemulihan konsumsi masyarakat. Hal ini tentunya harus didukung oleh upaya pengendalian pandemi yang menyeluruh, termasuk dengan akselerasi vaksinasi secara masif. Selain itu, reformasi struktural juga harus terus diimplementasikan secara konsisten dan komprehensif, guna memperkuat fondasi perekonomian dengan meningkatkan daya saing dan produktivitas nasional.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics