
Berpacu Menuju Zero Carbon

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Ir. Laksmi Dewanthi, M.A., serta Ketua Komite Tetap Energi Baru & Terbarukan KADIN Muhammad Yusrizki, Head of corporate strategy PT TBS Energi Utama Tbk Nafi Achmad Sentausa, dan Executive Director of Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture PISAgro Insan Syafaat/Dok. DBS
Isu perubahan iklim ini juga telah diserap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 (RPJMN 2020-2024). Tidak hanya pemerintah, sektor swasta juga memiliki peran untuk mengendalikan emisi karbon.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dewanthi mengatakan bahwa bulan November 2021 lalu telah diadakan konferensi Conference of the Parties (COP26) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. Menurutnya, secara umum, agenda COP26 adalah untuk melakukan upaya negosiasi dan membahas isu-isu terbaru yang akan dimasukkan ke dalam konteks perubahan iklim secara global, termasuk di Indonesia.
Saat ini, pemerintah telah menargetkan untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero pada tahun 2060 melalui berbagai upaya, salah satunya bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Ketua Komite Tetap Energi Baru & Terbarukan KADIN Muhammad Yusrizki mengatakan terinspirasi dari upaya pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, KADIN mencanangkan gerakan subnasional melalui platform bernama KADIN Net Zero Hub. Secara umum, pembicaraan terkait net zero ini sudah terjadi di kalangan masyarakat.
“Kami ingin mengubahnya menjadi aksi nyata melalui kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta. Kami juga berkolaborasi dengan beberapa organisasi yang telah memenuhi standar internasional untuk membuat panduan, modul, serta program untuk meningkatkan pemahaman perusahaan swasta. Upaya ini penting untuk membangun ekosistem emisi nol bersih Indonesia dan membantu upaya pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih,” katanya dalam keterangan tertulis.
Executive Director of Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture PISAgro Insan Syafaat menyatakan bahwa saat ini PISAgro juga tengah merangkul para kelompok petani di seluruh Indonesia terutama di kota kecil agar mereka bisa mendapatkan edukasi serta pelatihan. Menurutnya, ini merupakan upaya memoderenisasi etika kerja dan pola pikir petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Head of corporate strategy PT TBS Energi Utama Tbk Nafi Achmad Sentausa menyampaikan PT TBS Energy utama tengah melakukan perubahan fokus bisnisnya dari batu bara menjadi energi baru terbarukan.
“Kami berupaya mengubah bahan bakar berbasis fosil (fossil fuel based), menjadi tenaga terbarukan yang bisa memangkas karbon. Dari sisi teknologi, energi menjadi sektor yang belum banyak disrupsi. Hal ini tentunya menginspirasi PT TBS Energi Utama untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih 2060,” katanya.
“Mulanya kami melihat potensi perkembangan segi industri kelistrikan, lalu kami mencoba menelaah kembali dan melihat kemungkinan apa saja yang bisa dikembangkan dari segi perusahaan untuk bisa tetap berjalan hingga ratusan tahun ke depan. Kami sedang mempersiapkan aliran pemasukan baru untuk menggantikan tambang batu bara yang kami miliki sekarang. Tentunya dengan komitmen emisi nol bersih Indonesia saat ini, kami berkomitmen pada tahun 2030, TBS akan beralih menjadi perusahaan carbon-neutral. Kami sudah menargetkan sekitar 80% dari revenue perusahaan pada tahun 2025 akan dikontribusikan dari green business. Dengan adanya kenaikan harga komoditas batu bara yang terjadi saat ini, rencananya akan kami manfaatkan (leverage) dan gunakan untuk didaur ulang dan diinvestasikan untuk bisnis terbaru TBS,” tambah Nafi Achmad Sentausa
Muhammad Yusrizki memaparkan bahwa tantangan utama yang dihadapi untuk mencapai emisi nol bersih adalah pola pikir yang seharusnya ada di setiap masyarakat. Maka dari itu, fungsi KADIN adalah untuk membangun kesadaran masyarakat dan membentuk pola pikir untuk mulai menerapkan usaha yang berkelanjutan bagi perusahaan korporasi.
“Jika pola pikir pengusaha belum terbentuk dengan sempurna, energi berkelanjutan dianggap sebagai sesuatu yang tersier, membuat kepentingan bisnis akan tetap dikedepankan dibandingkan dengan keberlanjutan. Mengingat adanya kebutuhan biaya yang cukup besar bagi perusahaan yang ingin beralih ke bentuk bisnis berkelanjutan. Akan tetapi, perusahaan yang menempatkan hal ini sebagai tujuan bisnis dapat memanfaatkan upaya penggunaan energi berkelanjutan sebagai investasi jangka panjang,” jelas Muhammad Yusrizki.
Leave a reply
