Ada Pandemi Covid-19, Adhi Karya Belum Revisi Target Perolehan Kontrak Baru

1
1287
Reporter: Petrus Dabu

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) belum melakukan revisi target perolehan kontrak baru pada tahun ini yang sudah ditetapkan sebesar Rp 35 triliun. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, emiten konstruksi plat merah ini tetap mengikuti proses tender melalui e-procurement.

Sepanjang Januari-Maret lalu, ADHI sudah mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 2,5 triliun. Parwanto Noegroho, Sekretaris Perushaan ADHI mengatakan untuk bulan Maret saja perolehan kontrak baru didominasi oleh pembangunan jaringan gas perumahan di Aceh dan Sumatera Utara dan pembangunan simpang susun di Sragen, Jawa Tengah.

Ada pun pembangunan jaringan gas perumahan di Aceh dan Sumatera Utara memiliki nilai kontrak sebesar Rp 142,1 miliar. Sedangkan, proyek pembangunan simpang susun di Sragen memiliki nilai kontrak Rp 129,4 miliar.

“Hingga Bulan Maret 2020, ADHI mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp2,5 triliun (di luar pajak),” ujar dalam siaran pers, Kamis (9/4).

Dihubungi Iconomics, Parwanto mengatakan dari Rp 2,5 triliun kontrak baru hingga Maret, sebanyak Rp 1,4 triliun adalah kontrak pembangunan MRT Fase 2 yang kontraknya diperoleh ADHI pada Februari lalu. Proyek tersebut sebenarnya memiliki nilai kontrak  Rp 4,04 triliun. Tetapi dikerjakan bersama oleh ADHI dan  Shimizu Corporation, dimana porsi ADHI sebesar 35%.

Baca Juga :   Tren Positif, Nasabah Restrukturisasi di BNI Multifinance Sebagian Sudah Bisa Bayar Bunga dan Pokok

“Di bagian Rp 2,5 triliun [kontrak baru] itu Rp 1,4 triliunnya adalah proyek MRT porsi ADHI,” jelasnya kepada Iconomics.

Lebih lanjut, Parwanto menjelaskan dari Rp 2,5 triliun kontrak baru ini,  lini bisnis konstruksi & energi sebesar 94%, sedangkan properti sebesar 5% dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.

Dilihat dari tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 26%, jalan dan jembatan sebesar 7%, serta proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC sebesar 67%.

Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah sebesar 70%, BUMN sebesar 19%, sementara swasta/lainnya sebesar 11%.

Ditanya apakah pandemi Covid-19 akan mempengaruhi kinerja perseroran dalam memperoleh kontrak baru, Parwanto mengatakan kontrak yang diperoleh hingga Maret adalah efek dari tender pada Januri-Februari. Jadi, dampak corona belum begitu terlihat.

“Tetapi sampai hari ini pun proses tender melalu e-procurement. Jadi, kemugkinan besar tidak terpengaruh. Kecuali proses kontraknya mundur. Karena negosiasi kontrak terkadang harus ketemu muka dan sebagainya,” jelasnya.

Baca Juga :   BNI Salurkan Pembiayaan ke Chandra Asri dengan 2 Term Loan

Dus, ADHI tetap menargetkan tahun ini bisa mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 35 triliun sesuai rencana awal. “Kami belum merevisi target,” ujarnya.

Namun, diakuinya pandemi Covid-19 ini akan mengurangi produktivitas dalam pengerjaan proyek, terutama di Jakarta karena sudah ada Peraturan Gubernur soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). “Kemungkinan ada sedikit penurunan produktivitas. Tergantung sampai dengan bulan apa itu nantinya,” ujarnya.

Salah satu proyek yang dikerjakan ADHI di Jabodetabek adalah Kereta Api Ringan/Light Rail Transit yang sudah dikerjakan sejak September 2015 dengan nilai pekerjaan sebesar Rp22,8 triliun (termasuk pajak).

Parwanto mengatakan Sampai dengan 20 Maret 2020 progres pelaksanaan pembangunan prasarana LRT Jabodebek Tahap I telahmencapai 70,9%. Rinciannya, Lintas Pelayanan 1 – Cawang – Cibubur (87,6%); Lintas Pelayanan 2 – Cawang – Kuningan – Dukuh Atas (66,2%; dan Lintas Pelayanan 3 – Cawang – Bekasi Timur (63%).

1 comment

Leave a reply

Iconomics