Kinerja Keuangan Cetak Rekor dalam 40 Tahun, Apa Strategi Bisnis PertaLife pada 2025?

0
69

PT Perta Life Insurance atau PertaLife berhasil mencetak rekor pendapatan premi sebesar Rp1,25 triliun pada 2024, tertinggi sepanjang 40 tahun usia perusahaan asuransi jiwa itu.

Pada saat yang sama, perusahaan yang 71% sahamnya dimiliki oleh Dana Pensiun Pertamina itu membukukan laba bersih sebesar Rp82,85 miliar, tumbuh 8,85% dibandingkan target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan [RKAP] sebesar Rp76,11 miliar.

Hanindio Witoko Hadi, Direktur Utama Direktur Utama PertaLife mengatakan, sejak melakukan transformasi pada 2020, perusahaan yang dulunya bernama Asuransi Jiwa Tugu Mandir ini konsisten mencetak laba.

Sebagai bagian dari grup Pertamina, PertaLife didirikan untuk mengelola risiko baik jiwa maupun kesehatan, serta pengelolaan dana pensiun di lingkungan Pertamina.

Namun, potensi captive market ini rupanya masih belum digarap sepenuhnya.

“Ini sebetulnya hal yang memang harus kita perkuat dulu. Jadi, kita memang punya misi khusus di 2024 terkait dengan perubahan-perubahan yang membuat kita harus mempercepat proses melebarkan market kita di ekosistem Pertamina yang sekarang ini sebetulnya belum sampai 10% dari market di Pertamian grup sendiri,” ujarnya kepada wartawan dalam acara“PT Perta Life Insurance Media Gathering – Synergy: We Are Stronger Together” di Bogor, Jawa Barat, Jumat (24/1).

Baca Juga :   Pertamina Dukung Pasar Rakyat dan UMKM BUMN di Cirebon

“Belum sampai 10% saja, alhamdulillah the last three years sejak dicanangkan transformasi 2020, pada 2021, 2022, 2023, kita itu pencapaian laba bersih tertinggi sepanjang 39 tahun berdiri,” sambungnya. 

Selain Dana Pensiun Pertamina, pemegang saham perusahaan yang didirikan pada 28 Juni 1985 ini adalah PT Timah Tbk yang memiliki sekitar 27% saham dan Kementerian Keuangan sebesar 0,78%.

Memperbesar pangsa pasar captive market atau grup Pertamina, tak berarti PertaLife tak melirik pasar di luar Pertamina. Sebaliknya, penguatan penguasaan captive market ini diharapkan ikut mengatrol non captive market.

“Harapannya dengan semakin besar dan tumbuhnya perusahaan kita ini di lingkungan Pertamina, secara domino effect membuat industri yang lain termasuk BUMN bergabung ke kita, termasuk beberapa perusahaan asing yang ada di Indonesia. KPS-KPS [Kontrak Production Sharing] sudah mulai banyak yang mempercayakan pengelolaan risiko dan pesangon karyawannya di DPLK PertaLife,” ujarnya.

Strategi PertaLife ini rupanya mendapat dukungan penuh dari Pertamina. Buktinya Pertamina menugaskan karyawan aktifnya untuk memimpin PertaLife, baik di jajaran direksi maupun komisaris.

Pada Juni 2024, Pertamina menunjuk Bayu Kusuma Dewanto sebagai Komisaris Utama. Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada ini sejak 2021 hingga saat ini menjabat SVP Controller & Reporting PT Pertamina (Persero).

Baca Juga :   Hadir di COP 29, Pertamina Geothermal Energy Sebut Energi Geothermal Bisa Jadi Katalisator Transisi Energi

Tiga direksi PertaLife saat ini yaitu Hanindio W. Hadi (direktur utama), Martino Faishal Saudi (direktur pemasaran) dan Sigit Panilih (direktur keuangan),  semuanya adalah karyawan aktif Pertamina (Persero).

Hanindio ditunjuk menjadi direktur utama sejak 2020. Faishal dan Sigit sejak 2024.

Ketiganya adalah karyawan aktif Pertamina (Persero) pertama yang ditugaskan menjadi direksi PertaLife, setelah sebelumnya yang dtugaskan adalah pensiunan karyawan Pertamina atau profesional dari luar grup Pertamina.

Direktur Pemasaran PertaLife Insurance, Martino Faishal Saudi menambahkan, untuk optimalisasi pendapatan, PertaLife memiliki dua segmen pasar, yaitu grup Pertamina dan PT Timah Tbk sebagai captive market dan perusahaan non Pertamina dan Timah Tbk sebagai non captive market.

Dari sisi captive market, Pertamina sendiri merupakan ‘raksasa’ di binsis energi mulai dari hulu hingga hilir.  Faishal mengatakan, perusahaan ini memiliki 40 ribu karyawan. Mitra Pertamina, tambah  Faishal, memiliki karyawan yang jauh lebih banyak lagi yaitu tiga kali lipat dari karyawan Pertamina.

“Artinya, peluang bisnisnya cukup besar ketika bicara captive,” ujar pria yang pernah menjadi Manager Performance & Competency Management PT Pertamina (Persero) ini.

“Tetapi kita tidak hanya mengandalkan di captive,” tambah Faishal.

Baca Juga :   Cetak Kinerja Positif, Pertamina Bayarkan Dividen Tahun 2020

Salah satu pasar non captive yang dibidik PertaLife adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki irisan bisnis dengan Pertamina. Di bisnis hulu migas (upstream) misalnya, ada perusahaan-perusahaan minyak dan gas yang menjadi Kontraktor Kontrak Kerja Sama [KKKS] di bawah SKK Migas.

“Ketika kami berhasil membangun bisnis itu di perusahaan captive, ini lambat laun akan merembet ke perusahaan-perusahaan serupa yang ada di non captive,” ujar Faishal.

Selain KKKS, PertaLife juga “meningkatkan sinergi dengan perusahaan-perusahaan BUMN dan BUMD”.

“Jadi,kami mensinergikan bisnis kami yang ada di captive dengan bisnis kami di non captive, karena ini ada benang merahnya. Ketika captive-nya besar, ini akan diikuti oleh non captive-nya,”ucapnya.

“Kenapa Pertamina menugaskan Pak Hanindio, saya, dan Pak Sigit di PertaLife, memang salah satu tujuanya itu. Untuk membesarkan PertaLife dari portofolio captive-nya dan ini nanti akan diikuti oleh segmen bisnis di non captive-nya,” tambah  Faishal.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics