Garuda Indonesia Tak Tergoda Jadi Maskapai LCC

0
156

Meski pangsa pasar maskapai penerbangan bertarif rendah atau Low-Cost Carrier (LCC) terbilang besar di Indonesia, Garuda Indonesia menyatakan tetap bertahan sebagai maskapai Full Service Carrier (FSC).

“Kita tetap menetapkan sebagai maskapai berbasis full service. Tidak ada keinginan kita sama sekali untuk menjadi maskapai yang low-cost carrier,” ujar Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra dalam acara paparan publik di Garuda City, Bandar Udara Internasional, Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (11/11).

Irfan mengatakan, sesuai dengan strategi bisnis yang dipaparkan kepada pada kreditur pada saat restrukturisasi, Garuda Indonesia fokus pada tiga hal, yaitu simple, profitable, dan full service.

Simple ini artinya kita mengupayakan dari sisi tipe pesawat kita sederhanakan, kita juga melakukan koordinasi yang terus menerus dan lebih erat dengan Citilink dan juga memilih rute-rute domestik maupun internasional yang menguntungkan,” kata Irfan.

Citilink merupakan anak usaha Garuda Indonesia yang fokus pada Low-Cost Carrier (LCC).

Irfan mengatakan, banyak juga pertanyaan ke manajemen Garuda Indonesia, soal beberapa rute penerbangan yang tidak dibuka lagi pasca pandemi Covid-19.

Baca Juga :   Suspensi Dibuka, Saham Garuda Indonesia Terbang 9,8%

Rute yang tak kembali dibuka itu, kata dia, memang secara finansial tidak menguntungkan.

“Apabila rute tersebut kita teruskan, itu akan menjadi beban buat perusahaan,” ujarnya, seraya menambahkan, bila dibuka, maka akan disubsidi oleh rute yang menguntungkan.

Irfan mengatakan, sebagai Full Service Carrier, Garuda mempertahankan tarif penerbangan yang mencerminkan sebagai Full Service Carrier.

Konsistensi pilihan pada segemen Full Service Carrier ini, menurut dia, membuahkan hasil, baik dari sisi finansial maupun berbagai penghargaan yang diterma Garuda dari berbagai pihak.

Mengutip laporan keuangan, Garuda membukukan pendapatan sebesar US$2,56 miliar pada Januari-September 2024, naik skitar 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Garuda masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$131,22 juta, bertambah dari US$72,38 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17% (year-on-year) mencapai US$2,01 miliar, sementara untuk pendapatan penerbangan tidak berjadwal turut mencatatkan kenaikan sebesar 6% dan pendapatan lainnya juga naik 8% dibandingkan dengan capaian hingga Kuartal III di tahun sebelumnya.

Baca Juga :   Kembali Ada Penundaan Penerbangan pada Fase Pemulangan Jemaah Haji, Garuda Indonesia Minta Maaf dan Siap Bertanggung Jawab

Dari sisi operasional, pada periode Januari-September 2024, Garuda Indonesia secara grup (termasu Citilink), mengangkut 17,73 juta penumpang atau menguat 24% (YoY).

Garuda Indonesia sebagai brand utama (mainbrand) mengangkut 8,34 juta penumpang meningkat 45%. Sementara Citilink sebanyak 9,39 juta penumpang, naik 10%.

Menyamnbut lonjakan penumpang pada akhir tahun, Irfan mengungkapkan, Garuda berencana menambah empat pesawat baru. Per Oktober 2024, Garuda mengoperasikan 56 pesawat baru yang terdiri atas 38 pesawat narrow body dan 18 wide body.

Sementara Citilink, mengoperasikan 40 unit pesawat per Oktober 2024, yang terdiri atas 38 unit narrow body dan dua pesawat wide body.

Pada November dan Desember, Garuda Indonesia akan kembali menerima dua pesawat narrow body Boeing B737-800NG dan potensi penambahan dua pesawat narrow body lainnya (dalam tahap negosiasi) yang merupakan bagian dari rencana penambahan armada di tahun 2023 dan tahun 2024.

Kita akan tambahkan pesawat secara konservatif. Tahun ini kita berharap bisa mendatangkan 4 buah pesawat lagi. Mudah-mudahan menjelang akhir tahun, sehingga bisa memastikan pelayanan menjelang liburan natal,” ujar Irfan.

Baca Juga :   Pemberangkatan Haji Dibatalkan, Garuda Kehilangan Pendapatan 10%

Berdasarkan Statistik Angkutan Udara 2023, tahun 2023 penumpang diangkut untuk penerbangan dalam negeri sebesar 65.950.181 dengan pangsa pasar penumpang tertinggi didominasi oleh Lion group yaitu sebesar 65%.

Lion group memiliki beberapa maskapai, dengan pangasa pasar masing-masing adalah Lion sebesar 28%; Batik sebesar 16%; Super Air Jet 16% dan Wings Air sebesar 5%.

Sementara pangsa pasar Citilink dan Garuda, masing-masing sebesar 17% dan 10%.

Pangsa pasar penumpang luar negeri tahun 2023 tertinggi dimiliki oleh Indonesia AirAsia sebesar 13,2%, disusul Singapore Airlines sebesar 8,0%,  Air Asia sebesar 6,3%, Garuda 5,3% dan Scoot sebesar 4,7%.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics