
Virus Corona: Ekonomi Eropa Terpukul, Menanti Asa dari Tiongkok

Karena virus corona, ekonomi Eropa terpukul. Tetapi produksi Tiongkok yang mulai pulih secara bertahap menawarkan harapan/Xinhua
Industri Tiongkok disebut terpukul dan berkontraksi paling tajam dalam 30 tahun terakhir akibat wabah virus corona. Investasi dan penjualan retail disebut menurun tajam dan untuk pertama kalinya karena virus corona memangkas separuh pertumbuhan perekonomian negeri itu di kuartal pertama 2020.
Seperti yang dilaporkan Reuters pada Senin (16/3), produksi industri turun tajam di luar dari perkiraan yakni 13,5% sepanjang periode Januari hingga Februari 2020. Terlemah sejak Januari 1990. Sementara itu penjualan retail menyusut 20,5% secara tahunan.
Pemerintah Tiongkok pada pekan lalu menyebutkan puncak wabah virus corona telah berlalu. Namun, dampaknya bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelum ekonomi negara itu bisa kembali normal. Penyebaran virus corona yang cepat dan masif memicu kekhawatiran resesi global terutama karena menunrunya permintaan akan produksi dari Tiongkok.
Biro Statistik Nasional Tiongkok menyebut dampak wabah virus corona kini bisa dikendalikan dan hanya berdampak jangka pendek. Karena itu, pemerintah akan memperkuat kebijakan untuk mengimbangi dampak serta memulihkan perekonomian dan dampak sosial.
Tiongkok daratan melaporkan penurunan jumlah orang yang terinfeksi virus corona pada Minggu (15/3) kemarin. Namun, pada saat yang sama kota-kota seperti Beijing dan Shanghai masih berjuang untuk menanggulangi masyarakat yang terinfeksi virus corona, bahkan melibatkan warga asing yang berkunjung negara itu.
Sementara itu, laporan Xinhua menyebutkan, Eropa mulai merasakan dampak perekonomian yang ditimbulkan dari wabah virus corona. Di negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, Prancis dan Italia, prospek ekonominya menjadi suram dan khawatir terganggungnya rantai pasokan serta volatilitas di pasar.
Optimisme dari Tiongkok
Namun, optimisme mulai muncul karena semakin banyak pekerja Tiongkok yang mulai kembali bekerja ke pabrik, perusahaan termasuk milik asing. Dan itu mulai kembali beroperasi. Informasi pada Sabtu (14/3) menyebutkan lebih dari 40 ribu kasus virus corona yang terkonfirmasi dan tersebar di 42 negara di Eropa.
Jerman, misalnya, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona mencapai 3.795. Setelah penyebaran virus corona ini, industri Jerman menunjukkan tanda-tanda pelemahan dan terancama mengalami resesi sejak penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur.
Di Italia, jumlah yang terkena virus corona mencapai 17.750 kasus dan terbesar di luar dari Tiongkok. Karena wabah virus corona ini, maka target pertumbuhan ekonomi sekitar 0,6% sulit untuk mencapainya.
Sementara di Prancis, jumlah orang yang terinfeksi mencapai 4.500 orang. Karena wabah virus ini, Bank of France memangkas target pertumbuhan ekonomi negara itu pada kuartal pertama dari 0,3% menjadi 0,1%. Bahkan target pertumbuhan 2020 pun dipangkas dari 1,3% menjadi di bawah 1%.
Dimulainya kembali produksi secara bertahap di Tiongkok memberi harapan kepada Eropa. Karena itu tidak hanya penting untuk Tiongkok melainkan juga tanda positif terhadap pasar Eropa dan dunia. Krisis disebut akan segera berlalu. Karena itu, pada kuartal selanjutnya akan terjadi percepatan pemulihan perekonomian di Tiongkok.
Dengan kembalinya produksi tentu akan mempercepat perdagangan ekonomi dan arus barang dari Tiongkok ke Eropa. Apalagi dalam menghadapi Covid-19, kereta api disebut memainkan peran besar karena kendaraan ini beroperasi tanpa risiko menyebarkan virus corona.
Leave a reply
