Beras Impor Terus Membanjiri Indonesia, Januari-Februari 2024 Nilainya Melonjak 148,63%

0
51

Pasokan pangan strategis Indonesia makin tergantung pada negara lain. Sepanjang Januari-Februari 2024, volume dan nilai impor beras Indonesia melonjak drastis.

“Impor beras sepanjang Januari-Februari 2024 tercatat sebesar 881 ribu ton atau US$565 juta [Rp8,75 triliun, kurs: 15.500]. Nilai ini mengalami kenaikan baik secara volume maupun nilai jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia A.Widyasanti, Jumat, 15 Maret.

BPS melaporkan, pada periode Januari-Februari 2024, volume impor beras naik 93% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara secara nilai, impor beras ini mengalami kenaikan sebesar 148,63% dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Impor beras ini paling banyak berasal dari Thailand, kemudian Pakistan dan Myanmar,”tambah Amalia.

Nilai impor beras dari Thailand mencapai 59,11% dari total nilai impor US$565 juta. Kemudian, Pakistan dan Myanmar masing-masing sebesar 17,82% dan 14,34%.

Secara keseluruhan, total nilai impor berbagai komoditas ke Indonesia pada periode Januari-Februari 2024 mencapai US$36,93 miliar, naik 7,49% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi ekspor, sepanjang Januari-Februari, total nilai ekspor Indonesia mencapai US$39,80 miliar, turun 8,81%.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Febriari 2024 mencapai US$2,87 miliar, lebih kecil dibanding US$9,28 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga :   Harga Komoditas Anjlok, Ekspor Indonesia pada Juni 2023 Turun

Mengapa beras impor terus membanjiri Indonesia?

Berdasarkan publikasi BPS pada Januari 2024 lalu, sepanjang 2023, Indonesia mengimpor beras sebanyak 3,06 juta ton, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Volume impor beras pada tahun 2023 ini naik 613,6% atau 7 kali lipat dibandingkan impor beras tahun 2022 yang sebesar 429,21 ribu ton.

Lonjakan impor beras terjadi karena produksi yang tak mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Produksi beras Indonesia mengalami penurunan karena berbagai faktor. Selain luas panen yang berkurang, juga diakui pemerintah karena kebijakan pemerintah sendiri yang mengurangi alokasi pupuk subsidi sejak tahun 2019.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, 13 Maret, mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) luas tanam padi selama masa tanam Oktober 2023-Februari 2024 sebesar 5,4 juta hektar, turun 1,9 juta hektar atau 26,2% dari 7,44 juta hektar pada masa tanam Oktober-Februari tahun 2015-2019.

“Penurunan luas tanam ini tentunya sangat berpengaruh pada luas panen yang berdampak pada penurunan produksi padi yang dihasilkan,” ujar Amran.

Selain karena penurunan luas tanam, Amran menyampaikan, Kementerian Pertanian mengidentifikasi masalah alokasi pupuk subsidi juga menjadi penyebab tidak optimalnya produksi padi.

Baca Juga :   Laporan BPS; Nilai Impor Beras Terus Meningkat, Naik 62,03% pada 2024

Tahun 2023, alokasi pupuk subsidi sebesar 6,13 juta ton dan tahun 2024 ini 4,73 juta ton. Padahal pada periode 2014 hingga 2018, alokasi pupuk subsidi mencapai 9,55 juta ton.

Akibat alokasi pupuk yang bekurang, Amran mengatakan “tidak semua petani mendapatkan akses pupuk.”

Karena itu, Amran mengatakan, Kementerian Pertanian telah mengupayakan agar alokasi pupuk subsidi ini kembali ke 9,55 juta ton. Usulan ini pun sudah dibahas dalam Rapat Kabinet yang dihadiri Presiden Joko Widodo.

“Bapak Presiden sudah dua kali setuju pada saat Ratas [rapat terbatas] dan Rakortas [rapat koordinasi terbatas], sudah setuju, tetapi realisasinya sampai hari ini tidak ada,” ujar Amran.

Amran mengungkapkan penambahan alokasi pupuk subsidi menjadi sebesar 9,55 juta ton itu belum terealisasi karena belum ada Surat Keputusan [SK] Menteri Keuangan.

Pasokan beras Juni-Oktober mengkhawatirkan

Meski ada penurunan luas tanam pada masa tanam Oktober 2023-Februari 2024, Amran memastikan kebutuhan beras bulan Maret hingga Mei 2024 dalam kondisi aman.

“Masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan pangan selama Ramadan dan Idul Fitri 1445 hijriah,” imbuhnya.

Namun, ia menambahkan, Kementerian Pertanian khawtir pasokan untuk Juni hingga Oktober 2024, karena luas tanam pada Februari 2024 hanya 810.781 hektar. Padahal biasanya, luas tanam pada Februari berada di level 1,05 juta.

Baca Juga :   Inflasi April 2023 Sebesar 4,33%, BPS: Penyumbang Terbesar Bahan Bakar, Beras dan Rokok

“Selain itu, kondisi harga beras naik kurang lebih 56% akibat dampak El Nino, sehingga kami menganggap kondisi ini merupakan darurat pangan yang harus segera dicarikan solusi,” ujarnya.

Apa upaya untuk meningkatkan produksi padi?

Selain alokasi pupuk subsidi yang mesti ditingkatkan kembali ke level 9,55 juta ton, Amran mengatakan, Kementerian Pertanian juga mengupayakan perluasan areal tanam dan program pompanisasi air sungai di 11 provinsi penghasil padi. Pompanisasi dilakukan untuk mengatasi kekeringan akibat curah hujan yang tak menentu.

Program pompanisasi ini, kata dia, menyasar 500 ribu hektar lahan persawahan di Jawa dan 500 ribu hektar di luar Jawa, serta 500 ribu hektar padi gogo.

“Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk pompanisasi di saluran primer dan sekuneder,” ujarnya.

Kementerian Pertanian, tambah Amran, juga melakukan optimalisasi lahan rawa seluas 400 ribu hektar yang dilakukan di 10 provinsi untuk menambah luas areal tanaman padi.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics