
Beroperasi pada 2024, Smelter Freeport di Gresik Bisa Mendukung Produksi 30 Juta Mobil Listrik per Tahun

Harry Pancasakti, VP Government Relation Jakarta and Smelter Technical Support PT Freeport Indonesia saat menjadi pembicara dalam ‘SOE & Econimics Forum’ yang diselenggarakan Theiconomics.com di Financial Club Jakarta Graha CIMB Niaga, Kamis (12/10).
Target penyelesaian pembangunan dan pengoperasian smelter Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur, masih sesuai rencana. Manajemen Freeport Indonesia menyatakan konstruksi fisik proyek ini akan selesai pada akhir tahun ini, dimana semua peralatan utamanya sudah akan terpasang.
Selanjutnya, pra komisioning dan komisioning dilakukan pada Januari hingga Mei 2024.
Harry Pancasakti, VP Government Relation Jakarta and Smelter Technical Support PT Freeport Indonesia mengatakan hingga Agustus 2023 ini, perkembangan konstruksi smelter yang berdiri di lahan seluas 100 hektar tersebut sudah mencapai 78%.
“78% ini menggambarkan total biaya sekitar Rp41 triliun,” ungkap Harry dalam ‘SOE & Econimics Forum’ yang diselenggarakan Theiconomics.com di Financial Club Jakarta Graha CIMB Niaga, Kamis (12/10).
Adapun total investasi proyek smelter ini sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp45 triliun.
Harry menyampaikan setelah proses komisioning pada Mei 2023, bila semuanya berjalan lancar, selanjutnya tahap operasi dimulai pada Juni 2024.
“Tahap operasi ini tentu akan cukup menantang. Karena ini alat baru dan bukan cuma sekedar alat baru, smelter yang sedang kita bangun ini merupakan smelter dengan design single line terbesar di dunia untuk smelter tembaga,” ujarnya.
Adapun kapasitas pengolahan smelter ini mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Tanpa menyebut nama dan lokasi, ia mengatakan smelter tembaga terbesar yang sudah ada memiliki kapasitas 1,6 juta konsentrat tembaga per tahun. Mengutip data Statista, smelter tembaga terbesar, berdasarkan data tahun 2022, adalah Guixi Smelter milik Jiangxi Copper Corporation di China dengan kapasitas 1,1 juta ton per tahun.
“Jadi, ini memang merupakan rekor baru sekaligus juga merupakan tantangan yang baru untuk anak-anak bangsa Indonesia untuk tidak hanya menyelesaikan pembangunan smelternya, tetapi juga untuk mengoperasikannya. Sehingga begitu startup di bulan Juni 2024, kita baru akan bisa mulai produksi pertama, konsentrat dimurnikan menjadi katoda tembaga itu pada bulan Agustus 2024,” ujarnya.
Apa yang akan dihasilkan?
Konsentrat tembaga yang akan diolah di smelter Gresik ini bersumber dari tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Di pulau ujung timur Indonesia ini, biji tembaga yang ditambang diolah menjadi konsentrat.
Harry mengatakan peningkatan nilai tambah dari biji tembaga menjadi konsentrat sudah mencapai 95%. “Kemudian 5% sisa nilai tambahnya pada saat konsentrat tembaga ini dimurnikan lebih lanjut menjadi katoda tembaga,” ujarnya.
Katoda tembaga adalah salah satu produk utama yang dihasilkan oleh smelter Freeprot di Gresik ini. Ia mengatakan dari smelter ini, tiap tahun akan menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga.
Katoda tembaga ini, jelasnya merupakan salah satu komponen penting dalam produksi mobil listrik. Satu mobil listrik, menurutnya, membutuhkan 20 kilogram tembaga.
“Jadi, kalau kita produksi 600 ribu ton katoda tembaga per tahun atau 600 juta kilogram tembaga per tahun, maka sekitar 30 juta mobil listrik yang bisa dihasilkan dari 600 ribu ton tembaga tadi,” ujar Harry.
Namun, Harry mengatakan “setelah smelter ini memurnikan barang-barang tambang menjadi barang metal murni”, hilirisasi belum selesai. Tetapi justru baru dimulai.
Karena itu, selanjutnya adalah diperlukan industrilisasi dari produk hilirisasi ini agar menciptakan lompatan nilai tambah yang lebih besar lagi. Karena, menurutnya baik pada saat Freeport Indonesia menjual tembaga, emas dan perak dalam konsentrat, maupun dalam bentuk katoda tembaga, sama-sama dihargai sebagai produk logam atau metal yang harganya antara lain mengacu ke harga London Metal Exchange (LME).
“Jadi, hilirisasi itu justru akan lebih meningkatkan nilai tambahnya pada saat si katoda tembaga diproduksi menjadi baterai mobil listrik. Kenapa? Baterai mobil listrik sudah tidak akan dihitung tembaga lagi di dalam harga produknya. Jadi, harganya akan jauh berkali lipat dibandingkan harga dari si tembaga,” ujarnya.
Harry mengatakan seiring dengan transisi energi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih, permintaan katoda tembaga diperkirakan akan semakin meningkat kedepan. Menurutnya, teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 4-5 kali lebih banyak dibandingkan teknologi energi berbahan bakar fosil. Demikian juga kendaraan listrik berbasis baterai menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional.
Selain katoda tembaga, smelter Freeprot di Gresik ini juga akan mengasilkan 50 ton emas per tahun dan 210 ton perak per tahun. Harry menggambarkan 50 ton emas yang dihasilkan ini setara dengan 1000 Monumen Nasional (Monas). Untuk diketahui, berat emas di puncak Monas, Jakarta mencapai 50 kg.
Sementara dengan 210 ton perak yang dihasilkan, Harry mengatakan, Indonesia bisa membangun panel solar sel seluas 2.100 haktar.
“Jadi, apa yang dihasilkan oleh Freeport Indonesia itu bisa menjadi fondasi yang sangat-sangat krusial, sangat penting buat Indonesia dalam industrilisasi mineral atau metal kedepannya dan juga untuk transisi energi Indonesia kedepannya,” ujar Harry.
1 comment
Leave a reply

[…] Artikel ini awalnya muncul di http://www.theiconomics.com […]