
Kinerja Keuangan Tancap Gas di Awal Tahun, Bos Astra Beberkan Prospek Ke Depan

Djony Bunarto Tjondro , Presiden Direktur Astra
Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) langsung tancap gas di awal tahun 2023 ini. Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada kuartal pertama tahun 2023 sebesar Rp83,0 triliun, meningkat 15% dibandingkan dengan kuartal pertama pada tahun 2022.
Laba bersih Grup Astra, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp8,6 triliun, atau naik 25% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022. Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar ini, maka laba bersih Grup meningkat 27% menjadi Rp8,7 triliun.
“Kalau kita lihat memang Q1 2023 cukup baik. Kita mengalami peningkatan year on year 25% (laba bersih). Tetapi mohon maaf, untuk Q2,Q3,Q4 atau sampai dengan akhir tahun ini secara proyeksi keuangan kami tidak bisa sampaikan,” ujar Djony Bunarto Tjondro , Presiden Direktur Astra dalam konferensi pers, Rabu (19/4).
Djony menagatakan secara umum, situasi perekonomian dan bisnis pada tahun 2023 ini memang masih dibayangi ketidakpastian, termasuk di dalamnya harga komoditas yang tahun ini sudah turun dan sisa 50% dari harga tertinggi yang dicapai tahun lalu.
“Tetapi kalau kita bicara bagaimana secara total di tahun 2023, artinya kita bicara jangka pandek, kami tetap berkeyakinan bahwa kinerja dari perusahaan akan tetap baik,” ujarnya.
Astra, menurutnya, juga berada dalam posisi yang baik dan kuat untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang.
“Jadi, secara jangka pendek kami tetap optimis sampai dengan akhir tahun ini, refeleksi dari Q1, dan jangka panjang dengan posisi keuangan kami yang kuat, kami tetap optimis untuk bisa melanjutkan evolusi portofolio kami di jangka panjang dan bagaimana kami juga bisa berinvestasi tentunya di sektor-sektor yang suatu hari memberikan kontribusi dan menjadi mesin pertumbuhan Astra di masa mendatang,” ujarnya.
Tahun 2023 ini, Astra menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp24 triliun. Jumlah capex ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemi yaitu sebesar Rp14,3 triliun. Jumlah belanja modal yang meningkat ini, jelas Djony, merefleksikan optimisme Grup Astra akan perekonomian Indonesia. Bahkan saat pandemi Covid-19 berada pada titik puncaknya di tahun 2021, Astra, menurutnya tetap melakukan belanja modal.
Di luar capex Rp24 triliun itu, Astra juga mencadangkan dana Rp15 triliun untuk investasi dalam rangka ekspansi bisnis barunya. “Investasi di bidang apa saja atau di sektor apa saja, atau di lini bisnis apa saja, kami belum bisa beberkan pada saat ini,” ujar Djoni.
Namun, Djoni menyampaikan Astra memiliki tiga strategi dalam pengembangan bisnis ke depan. Pertama, optimalisasi 7 lini bisnis yang saat ini sudah ada. Ke-7 lini bisnis tersebut adalah Otomotif; Jasa Keuangan; Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi; Agribisnis; Infrastruktur dan Logistik; Teknologi Informasi dan Properti.
Strategi kedua adalah Astra memperlebar cakupan atau coverage dengan investasi yang berkaitan atau related dengan core bisnis yang sudah ada yaitu 7 lini bisnis tadi.
Ketiga, Astra berinvestasi di sektor baru atau lini bisnis baru yang bisa menjadi kontributor yang berarti dan bisa menjadi mesin pertumbhuan Astra untuk jangka panjang. “Kita tidak bicara jangka pendek-menengah, kita bicara jangka panjang,” ujarnya.
Leave a reply
