Kajian IESR: Adopsi Kendaraan Listrik di Indonesia Masih Rendah, Apa Penyebabnya?

0
388

Institute for Essential Services Reform (IESR) meluncurkan Indonesia Electric Vehicles Outlook (IEVO) 2023 untuk pertama kalinya pada Selasa (21/2). Dalam laporannya, IESR mengungkapkan jumlah kendaraan listrik baik roda dua maupun empat di Indonesia memang tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir, tetapi dibandingkan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil, pangsa pasar kendaraan listrik yang mengaspal di Indonesia masih sangat kecil.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR mengungkapkan di seluruh dunia atau secara global, pada tahun 2022 penjualan kendaraan listrik baik battery electric vehicle (BEV) maupun hybrid electric vehicle (HEV) mencapai 10,5 juta unit, yang membuat EV menguasai 13% dari pangsa pasar kendaraan baru. Lima tahun sebelumnya, EV hanya menguasai kira-kira hanya 1,3% pangsa pasar. Dengan populasi terbesar di China, total populasi kendaraan listrik global telah mencapai lebih dari 20 juta unit.

“Saya percaya bahwa penjualan EV di Indonesia pun berpotensi meningkat secara eksponensial. Dan ini bisa kita lihat dari data yang kita sajikan di laporan ini, bahwa dari 2020 sampai 2022, penjualan electric two wheeler atau kendaraan listrik roda dua itu meningkat 260% dan penjualan electric four wheeler atau kendaraan listrik roda empat itu meningkat 480%,” ujar Fabby saat peluncuran IEVO 2023 secara daring, Selasa (21/2).

“Tetapi walaupun penjualannya terlihat meningkat tajam, pangsa pasar EV itu masih kurang dari 1% dari jumlah kendaraan yang terjual setiap tahunnya,” tambah Fabby.

Baca Juga :   ‘Perlu Ada Komitmen Politik, Dukungan PLN, dan Langkah Luar Biasa’; Respons IESR atas Masih Rendahnya Penggunaan EBT di Indonesia

Mengapa ini terjadi? Fabby mengatakan laporan IEVO 2023 mengidentifikasi penyebab rendahnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Paling tidak, ada tiga faktor utama: Pertama, harga pembelian awal yang sangat mahal. Kedua, kinerja kendaraan listrik yang tidak sebaik kendaraan berbasis motor bakar atau kendaraan konvensional. Ketiga, minimnya infrastruktur pengisian daya listrik yang cepat, khususnya untuk mobil listrik.

Mengapa Adopsi Kendaraan Listrik Penting Dilakukan?

Adopsi kendaraan listrik merupakan salah satu pilar penting dalam memitigasi perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca. Aktifitas sektor transportasi secara global meyumbang 24% emisi gas rumah kaca dunia, dimana 75% dari emisi tersebut berasal dari transportasi darat. Di tahun 2020, transportasi menyumbang 12 miliar metrik ton gas rumah kaca, naik 50% dibandingkan tahun 2018.

“Tanpa adanya intervensi, maka emisi dari transportasi akan meningkat hingga 21 miliar metrik ton di 2050. Ini tentunya bertentangan dengan upaya untuk melakukan dekarbonisasi untuk mencapai net zero emission di tahun itu,” ujar Fabby.

Di Indonesia, uangkap Fabby, sektor transportasi menyumbang sekitar 23% emisi gas rumah kaca dimana sekitar 90% berasal dari transprotasi darat. Oleh karena itu, untuk bisa memangkas emisi gas rumah kaca dan mencapai net zero emission, maka dekarbonisasi di transportasi darat harus dilakukan.

Baca Juga :   IETD 2023: Urgensi Transisi Energi untuk Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

Untuk mendapatkan penururunan emisi gas rumah kaca, Fabby mengatakan, penerapan kerangka A-S-I (Avoid-Shift-Improve) harus dilakukan secara holistik. Avoid adalah upaya untuk memperbaiki efisiensi sistem transportasi secara keseluruhan melalaui Transit-oriented development (TOD) dan pengembangkan kota yang dapat mereduksi jarak tempuh bahkan kebutuhan untuk menggunakan kendaraan bermotor.

Sedangkan Shift adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi perjalanan individu, perubahan moda kendaraan dari yang tinggi emisi ke moda yang lebih rendah emisi. Misalnya, dari penggunaan mobil atau kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Sementara Improve, upaya beralih dari kendaraan berbasis energi fosil menjadi listrik atau elektrifikasi kendaraan bermotor menjadi salah satu tindakan pada pilar ini.

Fabby mengatakan seiring dengan upaya untuk memangkas emisi gas rumah kaca, dalam rangka menghindari krisis iklim, dan memperkuat ketahanan energi, maka adopsi kendaraan listrik harus dinaikkan secara cepat hingga 2030.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh IESR yang dipublikasikan tahun 2021 yang lalu, agar penurunan emisi gas rumah kaca selaras dengan target Persetujuan Paris, maka minimal 65% motor dan 5% mobil harus dielektrifikasi pada 2030. Upaya ini juga harus dibarengi dengan upaya untuk menurunkan konsumsi BBM kendaraan bermotor lewat upaya efisiensi energi serta peningkatan kualitas bahan bakar dan subtitusi ke bahan bakar yang lebih rendah karbon dan rendah polusi.

Baca Juga :   PLN Siagakan Ribuan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Selama Masa Mudik Lebaran

Apa yang harus dilaukan pemerintah? Menurut Fabby, kuncinya adalah pada pembangunan eksosistem kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Hal ini mencakup diantaranya adanya kebijakan terintegrasi berbasis no-regret policy dan pemberian insentif. Kemudian, pengembangan industri manufaktur baterai dan kendaraan listrik yang kompetitif baik electric two wheeler maupun electric four wheeler. Upaya lainnya adalah penyediaan infrastruktur pengisian daya khususnya untuk kendaraan roda empat berupa fasilitas pengisian cepat (fast charging). Dukungan pembiayaan juga sangat diperlukan dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik ini.

Selain itu, tambah Fabby, restrukturisasi sistem ketengalistrikan dan peningkatan bauran energi terbarukan pada sistem kelistrikan juga sangat penting. Sebab, penggunaan kendaraan listrik, selain untuk mengurangi BBM, juga dimaksudkan untuk mendaptkan manfaat penurunan emisi gas rumah kaca.

“Apabila buaran energi terbarukan dalam sistem kelistrikan kita itu tetap seperti hari ini, maka manfaat penuruna emisi gas rumah kaca itu tidak bisa kita dapatkan. Jadi, upaya untuk peningkatan populasi kendaraan listrik, sebaiknya juga dilakukan dengan upaya peningkatan bauran energi terbarukan di sistem kelistrikan kita,” ujar Fabby.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics