
Baja Impor Kuasai Pasar, Ini Masukan Krakatau Steel ke BUMN

Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim (kiri) dan Menteri BUMN Erick Thohir (ketiga dari kanan)/The Iconomics
Meski telah menyepakati restrukturisasi utang dengan 10 kreditur, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk khawatir dengan pasar industri baja yang tidak sehat. Pasalnya, serbuan baja impor menjadikan Krakatau kesulitan untuk menguasai pasar karena harga baja impor jauh lebih murah.
“Kita butuh fair trade. Banyak importir baja manfaatkan celah hindari bea masuk. Ini didukung juga oleh satu negara dengan menyubsidi lewat insentif pajak atau tax rebate,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karin di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dikatakan Silmy, industri baja menjadi faktor ketiga berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan. Pasalnya, pasar industri baja Indonesia digempur baja impor. Itu sebabnya, Krakatau Steel memberi masukan kepada Kementerian BUMN agar membuat industri baja Indonesia lebih sehat.
Ditambah lagi suatu negara bergantung kepada industri baja. Silmy lantas merujuk kepada Tiongkok, Jerman, Jepang dan Korea Selatan. “Industri baja tidak sekadar soal untung dan rugi. Industri baja harus dibuat sehat,” kata Silmy menambahkan.
Silmy memastikan anak usaha perusahaannya Krakatau Posco memproduksi baja yang paling efisien di dunia. Harganya pun sangat kompetitif. Produksi baja tersebut dipastikan sudah memenuhi standar kualitas pasar baja. Sudah cukup, kata Silmy.
Meski efisien dan harganya kompetitif, produk baja perusahaan patungan Krakatau Steel dan Korea Selatan itu tetap saja kalah dengan baja impor. Mengapa? Pasalnya, para importir baja, kata Silmy, masih banyak memanfaatkan celah.
“Jadi, soal industri baja ini tidak melulu soal investasi, tapi pasar juga harus hidup. Mengutip omongan Menteri BUMN (Erick Thohir), presiden punya perhatian tinggi terhadap industri baja. Momentum saat ini akan memberi dukungan terhadap industri nasional,” kata Silmy.
Leave a reply
