
Harga Baja Pernah Melesat Saat Awal Perang Rusia-Ukraina, Krakatau Steel Perkirakan Bakal Naik Lagi

Tangkapan layar, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melihat peluang sekaligus tantangan yang dihadapi dalam konflik Rusia dan Ukraina. Kedua negara ini adalah pengekspor baja. Dengan melihat situasi ini, Indonesia sebetulnya memiliki peluang dalam hal mengimpor baja-baja kepada negara-negara lain.
Dirut Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan bahwa pada awal perang Rusia dan Ukraina, Krakatau Steel (KS) sangat menikmati karena terjadi kelangkaan dan harga sangat tinggi. Dalam peluang ini, KS mulai mengisi baja konstruksi di pasar Eropa. Namun sayangnya, tak bertahan lama.
“Kita tahu semua bahwa pertumbuhan ekonomi melambat, inflasi meningkat yang diakibatkan oleh pangan. Sehingga di dunia konsentrasi itu adalah memerangi investasi bukan pembangunan sehingga terjadi penurunan demand atas baja,” kata Silmy.
Kenaikan harga baja ini hanya bertahan selama 3 bulan pertama saat perang Ukraina dengan Rusia, namun selebihnya harga kembali normal. Namun, kini sudah mulai stabil harganya dan mulai naik.
“Jadi pada 3 bulan pertama naik gila-gilaan sampai pernah harga per tonnya US$1.200, saat ini sudah kembali lagi ke US$600 sampai US$700 per ton,” kata Silmy dalam RDP bersama DPR Komisi VI.
Silmy juga menyoroti tentang fenomena harga baja yang biasanya akan naik pada akhir tahun hingga sampai Imlek nanti.
Leave a reply
