
Tanpa Pengendalian Konsumsi, Anggaran dan Kuota Subsidi BBM Tahun Ini akan Jebol pada Oktober

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Tanpa opsi menaikkan harga, pengendalian konsumsi menjadi kata kunci agar anggaran subsidi energi terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan pertalite tidak melampaui Rp502,4 triliun yang dianggarkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.98 tahun 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan anggaran subsidi energi sebesar Rp502,4 triliun ditetapkan dengan kuota solar sebanyak 15,1 juta kiloliter dan pertalite sebesar 23,05 juta kiloliter.
Anggaran dan kuota subsidi tersebut dibuat berdasarkan ausmsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$100 per barel dan kurs Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 14.450. Namun, saat ini harga minyak mentah masih terus bergerak naik.
U.S. Energy Information Administration (EIA) pada Agustus ini memperkirakan rata-rata harga minyak pada tahun ini sebesar US$104,8 per barel. Sementara konsensus pasar lebih tinggi yaitu US$105 per barel.
Dengan harga minyak saat ini, harga keekonomian solar sebesar Rp13.950 per liter atau ada selisih Rp8.800 dari harga jual eceran saat ini yang sebesar Rp5.150 per liter. Kemudian, haga keekonomian pertalite sebesar Rp14.450 per liter atau ada selisih Rp6.800 dari harga jual eceran yang sebesar Rp7.650 per liter.
Sejalan dengan pemulihan ekonomi dan aktivitas masyarakat, konsumsi energi pun terus meningkat. Rata-rata konsumsi solar selama Januari-Juli sebesar 1,41 juta kiloliter per bulan dengan tota realisasi mencapai 9,88 juta kiloliter ata 65% dari kuota. Sementara, rata-rata konsumsi pertalite pada periode yang sama sebesar 2,4 juta kiloliter per bulan, dengan total realisasi mencapai 16,84 juta kiloliter atau 73% dari kuota.
“Kalau kita asumsikan volume dari konsumsinya mengikuti selama 8 bulan terakhir yaitu solar (rata-rata) 1,5 juta per bulannya, kuota 15,1 juta kiloliter itu akan habis di bulan Oktober. Demikian juga dengan Pertalite, kuota 23,05 juta kiloliter akan habis kuotaya pada bulan Oktober kalau konsumsinya tetap sama di 2,4-2,5 juta kl per bulannya,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (26/8).
Artinya, tambah Sri Mulyani anggaran subsidi energi yang totalnya mencapai Rp502,4 triliun pada tahun ini akan habis pada Oktober nanti.
Berdasarkan laporan Kementerian ESDM dan BPH Migas, dengan pola konsumsi yang sudah terjadi selama delapan bulan terakhir, volume konsumsi solar hingga akhir tahun nanti diperkirakan akan mencapai 17,4 juta kiloliter atau 115% dari kuota dan pertalite sebesar 29,07 juta kiloliter atau 126% dari kuota.
Pembengkakan volume ini juga otomatis berimplikasi pada pembengkakan anggaran. Sri Mulyani mengatakan dengan perkiraan harga minyak yang berada di atas asumsi US$100 dollar per barel dan rata-rata kurs yang sudah Rp14.700 serta volume konsumsi yang melampaui kuota, anggaran subsidi pun membengkak Rp195,6 triliun.
“Artinya, jumlah subsidi kita itu akan mencapai Rp698 triliun dengan volume kurs dan harga minyak yang sekarang terjadi dan trennya sampai akhri tahun,” ujarnya.
Leave a reply
