
Ada Ancaman Stagflasi, Investasi Perusahaan Asuransi Pada Aset Risiko Rendah Meningkat

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu dalam acara ‘Seminar & Awarding: 3rd Indonesia Top Insurance Companies Awards 2022 & Indonesia Innovation Awards 2022’ yang digelar Theiconomics, di Hotel JW Marriott Hotel Jakarta, Rabu (29/6)/Dok. Iconomics
Ancaman stagflasi pada perekonomian global direspons oleh perusahaan asuransi di Indonesia dengan mengalihkan portofolio investasi mereka dari aset bersiko tinggi ke aset dengan risiko yang lebih rendah yaitu Surat Berharga Negara (SBN).
“Di portofolio investasi kita terjadi peningkatan yang signifikan di Surat Berharga Negara, sementara yang portofolio lain terjadi penurunan walapun tidak terlalu tinggi,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu dalam acara ‘Seminar & Awarding: 3rd Indonesia Top Insurance Companies Awards 2022 & Indonesia Innovation Awards 2022’ yang digelar Theiconomics, di Hotel JW Marriott Hotel Jakarta, Rabu (29/6).
Investasi pada SBN yang dilakukan oleh anggota AAJI per akhir kuartal pertama 2022 mencapai Rp123,03 triliun, meningkat 37,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Investasi pada saham, naik tipis sebesar 0,1% menjadi Rp145,91 triliun. Investasi pada reksadana mengalami penurunan sebesar 6% menjadi Rp160,62 triliun. Demikian juga investasi pada obligasi korporasi turun sebesar 0,8% menjadi Rp38,55 triliun dan investasi pada deposito turun 4,3% menjadi Rp33,56 triliun.
Togar mengatakan peningkatan investasi pada SBN ditengarai terjadi karena para pelaku industri asuransi mulai mengantisipasi risko perekonomian global yang ditandai dengan adanya stagflasi yaitu inflasi tinggi yang disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang lesu. SBN merupakan aset investasi dengan tingkat risiko rendah.
Togar juga mengatakan investasi perusahaan asuransi jiwa pada SBN juga merupakan kontribusi nyata perusahaan asuransi di Indonesia dalam pembangunan nasional. “Suka tidak suka, percaya tidak percaya ini adalah kontribusi industri ini secara tidak langsung kepada pembangunan di negara ini,” ujarya.
Demikian juga penempatan investasi pada reksa dana dan saham yang totalnya mencapai Rp306,5 triliun pada triwulan pertama merupakan kontribusi industri asuransi jiwa Indonesia pada stabilitas pasar modal Indonesia.
“Kami meyakini nilai ini cukup membantu situasi kondisi di pasar modal. Kalau seandainya ada regulasi yang menyatakan, misalnya, ada Peraturan OJK yang menyatakan bahwa semua penempatan investasi enggak boleh di saham, kira-kira apa yang terjadi dengan pasar modal kita?” ujarnya.
Leave a reply
