Presiden Larang Ekspor CPO, Saham Emiten Sawit Berguguran

0
564

Kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor bahan baku minyak goreng (Crude Palm Oil) termasuk minyak goreng menyebabkan harga saham emiten sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI) berguguran alias turun. Tak ada emiten sawit yang harga sahamnya menghijau, semuanya merah merona.

Saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) misalnya, hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham hari ini, Senin (25/4), turun 6,8% ke level Rp12.250 per saham. Demikian juga harga saham PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), turun 6,9% ke level Rp1.340 per saham. Mengutup RTI, saham LSIP bahkan berada di jajaran top lossers teratas, menyusul emiten perkebunan sawit lainnya yaitu PT Gozco Plantations (GZCO) yang harga sahamnya turun 6,8%.

Sebelumnya pada Jumat (22/4) lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan sendiri kebijakan larangan ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng. Kebijakan ini berlaku mulai Kamis 28 April 2022 hingga batas waktu yang ditentukan kemudian.

“Saya akan terus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng di dalam negeri melimpah dengan harga terjangkau,” ujar Presiden.

Baca Juga :   Catatan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Soal CPO dan Biodiesel

Para pengusaha sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan menghormati keputusan pemerintah tersebut. Tofan Mahdi Ketua Bidang Komunikasi GAPKI menyampaikan GAPKI akan memonitor perkembangan di lapangan setelah berlakunya kebijakan tersebut. GAPKI juga mengajak seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit untuk memantau dampak kebijakan tersebut terhadap keberlanjutan usaha sektor kelapa sawit.

“Jika kebijakan ini membawa dampak negatif kepada keberlanjutan usaha sektor kelapa sawit, kami akan memohon kepada pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan tersebut,” ujar Tofan.

Mayoritas produk sawit Indonesia dan turunannya selama ini diekspor. Sebagai gambaran, tahun 2020 misalnya dari 47,03 juta ton produksi sawit Indonesia, sebanyak 34 juta ton atau sekitar 72% diekspor. Demikian juga pada periode Januari-Agustus 2021, dari 31,67 juta ton produksi sawit Indonesia, jumlah yang diekspor mencapai 22,79 juta ton atau sekitar 74%.

Larangan ekspor tentu tidak hanya merugikan para eksportir tetapi juga negara-negara yang selama ini bergantung pada produk sawit asal Indonesia. Tetapi di sisi lain, kebijakan larangan ekspor ini dilandasi kondisi di dalam negeri. Pada tahun 2022 ini harga minyak goreng di dalam negeri mengalami kenaikan siginifikan, bahkan sempat langkah di pasar. Pemerintah menerbitkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligatioan (DPO), namun tidak efektif.

Baca Juga :   Kemendag: Harga Referensi CPO Periode 16 hingga 31 Agustus Turun

Berikut adala rangkungan harga saham beberapa emiten perkebunan sawait yang dihimpun Theiconomics:

1. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) : -6,92%
2. PT Pinago Utama (PNGO) : -0,67%
3. PT FAP Agri Tbk (FAPA) : -0,85%
4. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI): -6,84%
5. PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP): -6,94%
6.PT Smart Tbk (SMAR): -2,75%
7. PT Palma Serasih Tbk (PSGO): -4,26%
8. PT Provident Agro Tbk (PALM): -3,3%
9.PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA): -0,61%
10. PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) : -0,68%
11.PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO): -2,49%
12. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP): -3,92%
13.PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA): -6%
14. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) : 3,91%
15. PT Gozco Plantations (GZCO): -6,8%
16.PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT): 4,9%
17. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG): -6,98%

 

Leave a reply

Iconomics