Bank Indonesia Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

0
314

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan masih tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 3,50%. Ini merupakan level terendah sejak Februari 2021 lalu.

Bank sentral juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

“Keputusan ini sejalan dengan masih perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat konferensi pers, Kamis (16/12).

Bank Indonesia, lanjut Perry juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung upaya pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Ada pun sejumlah bauran kebijakan tersebut adalah:

  1. Menegaskan arah bauran kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2022 sebagaimana disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021 tanggal 24 November 2021. Kebijakan moneter tahun 2022 akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas, sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi;
  2. Melanjutkan kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;
  3. Melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif;
  4. Memperkuat kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan pendalaman perkembangan spread suku bunga kredit terhadap suku bunga deposito per kelompok bank.
  5. Melanjutkan masa berlaku tarif SKNBI sebesar Rp1 dari Bank Indonesia ke bank dan maksimum Rp2.900 dari bank kepada nasabah, dari semula berakhir 31 Desember 2021 menjadi sampai dengan 30 Juni 2022 untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional;
  6. Menargetkan 15 juta pengguna baru QRIS pada 2022 untuk mendorong peningkatan transaksi QRIS melalui koordinasi dengan Penyelenggara Jasa Pembayaran dan Kementerian/Lembaga terkait;
  7. Memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait. Pada Desember 2021 dan Januari 2022 akan diselenggarakan promosi investasi di Tiongkok dan Finlandia.
Baca Juga :   Terbit Surat Edaran untuk Peralihan Pengawasan Derivatif Keuangan, Bappebti Sebut Penting Komunikasi Efektif dengan OJK dan BI

Ada pun pokok-pokok pikiran yang melandasi Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur 15-16 Desmeber 2021 adalah, pertama: Bank Indonesia memperkirakan ekonomi global tumbuh sesuai perkiraan pada 2021 dan berlanjut pada 2022, meski masih dibayangi gangguan rantai pasok dan kenaikan kasus Covid-19.

Kedua, sejalan dengan proyeksi positif  ekonomi global, proses pemulihan ekonomi domestik juga diperkirakan terus berlanjut dan akan meningkat lebih tinggi pada 2022.

Ketiga, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan tetap baik. Neraca perdagangan November 2021 mencatat surplus sebesar US$3,5 miliar didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, besi dan baja, dan kimia organik. Sementara itu, terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflows sebesar US$2,3 miliar pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2021 meningkat, yakni US$145,9 miliar. Ke depan, transaksi berjalan diprakirakan dalam kisaran surplus 0,3% sampai dengan defisit 0,5% dari PDB pada 2021, dan akan tetap rendah dalam kisaran defisit 1,1% – 1,9% dari PDB pada 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Baca Juga :   Bayar Utang Luar Negeri dan Stabilisasi Rupiah, Cadangan Devisa Indonesia Berkurang US$1,8 Miliar pada Oktober 2023

Keempat, Bank Indonesia menilai nilai tukar Rupiah masih terjaga didukung oleh ketahanan sektor eksternal Indonesia dan langkah-langkah stabilisasi di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat.

Kelima, tingkat inflasi Indonesia tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian.

Keenam, kondisi likuiditas sangat longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Ketujuh, suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang sangat longgar mendorong suku bunga kredit perbankan terus dalam tren menurun.

Kedelapan, ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan fungsi intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap.

Kesembilan, Bank Indonesia akan terus memperluas digitalisasi sistem pembayaran untuk mempercepat integrasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital termasuk untuk mendorong ekonomi-keuangan inklusif dan pertumbuhan ekonomi.

Leave a reply

Iconomics