
Covid-19 Belum Berakhir, Sri Mulyani: Mendekati Natal dan Tahun Baru Kita Harus Ekstra Hati-Hati

Menteri Keuangan Sri Mulyani/Dok. Kemenkeu
Meski saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia relatif terkendali, namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan pandemi ini belum berakhir.
Apalagi sejumlah negara terutama yang memiliki empat musim seperti Eropa saat ini kembali mengalami lonjakan kasus.
“Mendekati tahun baru dan kemudian libur natal kita harus ekstra hati-hati. Karena kita lihat sekali bahwa setiap kali terjadi kenaikan dari kasus ini menimbulkan setback dari sisi masyarakat, dari sisi perekonomian, dari sisi kesejahteraan mereka. Kita tahu dampak Covid tentu tidak hanya korban manusia namun juga korban dari sisi perekonomian,” ujar Sri Mulyani dalam paparannya pada acara CEONetworking, Selasa (16/11).
Sri Mulyani mengatakan Covid-19 ini masih menjadi sumber ketidakpastian terhadap perekonomian global. Apalagi peningkatan kasus yang terjadi saat ini terjadi pada negara-negara dengan kontribusi ekonomi yang besar seperti Amerika Setikat, Tiongkok dan Eropa.
Ia mengatakan kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara yang diikuti dengan mutasi virus, menimbulkan dampak komplikasi kepada negara-negara lain. “Apalagi masyarakat dunia sekarang sudah mulai mobile lagi, mereka sudah mulai terbang ke mana-mana, sudah mulai mengunjungi antara negara dan ini artinya terjadinya kemungkinan mutasi maupun kemudian penularan masih harus kita waspadai,” ujarnya.
Mengantisipasi lonjakan kasus ini, pemerintah tambah Sri Mulyani berupaya untuk menjaga agar kondisi tetap terkendali seperti saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengakselerasi vaksinasi. Saat ini, vaksin tahap pertama sudah disuntikan ke 130 juta orang dan tahap kedua ke 84 juta orang. Vaksin untuk booster sudah diberikan kepada lebih dari 1 juta orang.
“Saat ini kita mengakselerasi agar bisa mencapai 70% dari populasi Indonesia mendapatkan vaksin sebelum akhir tahun ini,” ujarnya.
Upaya pengendalian ini penting dilakukan. Selain untuk mencegah korban jiwa, juga karena dampak Covid-19 pada perekonomian sangat nyata. Pada triwulan kedua lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bisa mencapai 3,51% karena adanya serangan varian delta pada Juli dan Agustus lalu.
Sri Mulyani mengatakan lonjakan kasus yang kemudian diikuti dengan kebijakan pembatasan menyebabkan sisi konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami tekanan. Itulah yang terjadi pada triwulan ketiga lalu dimana konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 0,55% dari sebelumnya pada triwulan kedua sebesar 5,96%. Demikian juga investasi hanya tumbuh 1,18% dari sebelumnya 7,54%.
“Ini kelihatan sekali dua variabel ini sangat ditentukan oleh apakah covid terkendali. Begitu covid terkendali konsumsi dan mobilitas masyarkat berjalan dan kegiatan produksi termasuk investasi juga berjalan,” ujar Sri Mulyani.
Leave a reply
