
Ekspor Indonesia Mencapai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Neraca Perdagangan Kembali Surplus

Kepala BPS Margo Yuwono/Theiconomics
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Oktober 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,03 miliar. Ini merupakan nilai ekspor tertinggi sepanjang masa, mengalahkan rekor sebelumnya yaitu US$21,42 miliar yang terjadi pada Agustus 2021 lalu.
Di sisi lain, nilai impor pada periode Oktober tercatat sebesar US$16,29 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan pada Oktober 2021 mengalami surplus sebesar US$5,73 miliar.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan nilai surplus pada Oktober 2021 juga merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
“Kalau kita lihat secara tren, neraca perdagangan Indonesia ini telah membukukan surplus selama 18 bulan secara beruntun,” ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (15/11).
Margo mengungkapkan komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral atau HS27, kemudian lemak dan hewan minyak atau nabati (HS15) serta besi dan baja (HS72).
Indonesia mengalami surplus perdagangan terebesar dengan Amerika Serikat, Tiongkok dan Filipina. Dengan Amerika Serikat perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$1,7 miliar. Beberapa komoditas penyumbang surplus dengan Amerika Serikat adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) diikuti pakaian dan asesorinya atau rajutan (HS61).
Kemudian, perdagangan dengan Tiongkok Indonesia mengalami surplus US$1,3 miliar yang sebagian besar disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral (HS27) dan besi dan baja (HS72).
Perdagangan Indonesia dengan Filipina mengalami suprlus sebesar US$685,7 juta. Komoditas penyumbang surplus dengan Filipna adalah bahan bakar mineral (HS27 dan kendaraan dan bagiannya (HS87).
Meski secara umum neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus, tetapi perdagangan dengan beberapa negara tercatat defisit. Defisit terbesar terjadi dalam perdagangan dengan Austrlia yaitu sebesar US$595 juta yang disebabkan oleh impor komoditas bahan bakar mineral (HS27) serta biji logam perak dan abu (HS26).
Kemudian dengan Thailand Indonesia juga mengalami defisit sebesar US$295,6 juta disebabkan oleh impor komoditas plastik dan barang dari plastik (HS39) dan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84).
Defisit juga dialami Indonesia dalam perdagangan dengan Ukraina yaitu sebesar US$216,4 juta karena impor komoditas serelia (HS10) dan besi dan baja (HS72).
Secara kumulatif dari Januari hingga Oktober, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$30,81 miliar.
Leave a reply
