
Strategi Pegadaian Syariah Mengoptimalkan Potensi Pasar yang Besar

Beni Martina Maulan, Kepala Unit Usaha Syariah PT Pegadaian (Persero)
Sejak membentuk Strategic Business Unit Syariah tahun 2003 sebagai cikal bakal unit bisnis syariah, PT Pegadaian (Persero) melalui Pegadaian Syariah terus mengoptimalkan potensi pasar keuangan syariah yang besar di Indonesia. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu akibat pandemi tahun 2020 lalu, kinerja Pegadian Syariah tetap tumbuh positif.
Beni Martina Maulan, Kepala Unit Usaha Syariah PT Pegadaian (Persero) mengatakan untuk menjangkau potensi pasar yang besar di Indonesia, Pegadaian Syariah memiliki 12 kantor wilayah (Kanwil), sesuai dengan jumlah kantor wilayah PT Pegadaian, yang tersebar mulai dari Aceh hingga Makasar.
“Dari 12 Kanwil itu kita ada 61 area dan masing-masing area itu total Cabang Pegadian Syariah itu 102 dan 560 Unit Pegadaian Syariah. Totalnya, 662 outlet layanan syariah yang secara fisik bisa dilihat. Kita mempunyai 1.335 agen aktif dan 1.511 tenaga outsourcing untuk mem-back up dari sisi penjualan produk-produk syariah. Kita juga mempunyai Marketing Executive sebanyak 376 yang melakukan pendekatan kepada instansi-instansi atau lembaga-lembaga untuk melakukan bisnis secara B-to-B,” ujarnya dalam webinar ‘Peran dan Kontribusi Sektor Perbankan dan Jasa Keuangan dalam Pengembangan Ekonomi Syariah’, yang digelar The Iconomics, Jumat (9/7).
Untuk memperluas jangkauan pemasaran produk syariah, Pegadian Syariah juga menggunakan saluran pemasaran konvensional yang dimiliki Perseroan. PT Pegadaian memiliki 3.431 outlet konvensional, 15.587 agen konvensional dan 15.000 tenaga outsourcing. “Harapannya nanti bisa memberikan layanan yang lebih luas dan kondisi-kondisi yang secara remote tidak ter-cover di outlet fisik itu bisa ter-cover di agen konvensional,” ujar Beni.
Dari sisi varian produk, Pegadian Syariah memiliki produk yang terbilang lengkap, mulai dari Rahn atau gadai syariah, Rahn Fleksi, pembiayaan cicil emas, tabungan emas syariah, Arrum haji dan traveling halal, Arrum Mikro dan lainnya.
Untuk profil nasbah Pegadaian Syariah, dari sisi gender masih didominasi oleh perempuan yaitu hampir 70%. Dari sisi peruntukan kredit, 63% dipakai untuk tujuan produktif seperti modal kerja, investasi maupun pembelian barang-barang produktif untuk mendukung kegiatan ekonomi dari nasabah. Sisanya, 37% dipakai untuk sektor konsumtif.
“Komposisi OSL (outstanding loan) kita masih didominasi oleh rahn atau gadai (74%), non rahn 26% dari OSL,” ujar Beni.
Per akhir Desember 2020 lalu, jumlah nasabah Pegadaian Syariah sekitar 1,5 juta nasabah. Dari jumlah nasabah tersebut, 1,3 juta diantaranya adalah nasabah gadai, 129.075 nasabah non gadai dan 490.313 adalah nasabah tabungan emas.
“Yang menarik di sini adalah komposisi usia, dimana Pegadaian Syariah secara akspeptasi di masyarakat mulai ada peningkatan yang cukup signifikan dimana 66% nasabah kita berusia produktif atau kurang dari 45 tahun. Sehingga kami sangat punya optimisme ke ke depan, produk-produk Pegadaian akan bisa diterima lebih lagi oleh masyarakat kita,” ujar Beni.
Dalam tiga tahun terakhir, Pegadaian Syariah menorehkan kinerja keuangan yang selalu tumbuh positif. Dari sisi omzet, ungkap Beni, tahun 2018 tercatat sebesar Rp19,12 triliun, naik menjadi Rp24,30 triliun pada 2019 dan tahun 2020 lalu naik lagi menjadi Rp26,52 triliun.”Di tengah pandemi alhamdulillah, produk Pegadian Syariah dikonsumsi oleh masyarakat secara luas,” ujarnya.
Untuk outstanding loan (OSL), tahun 2020 lalu tercatat sebesar Rp10,4 triliun, dari sebesar Rp10,2 triliun pada 2019 dan Rp6,8 triliun tahun 2018.
“Rata-rata pertumbuhan OSL kita 11,6%, sudah tembus dua digit. Pertumbuhan omzet 10% dan memang masih didominasi di produk-produk yang berbasis gadai,” ujar Beni.
Leave a reply
