
Kinerja Keuangan Adira Finance Bukukan Laba Rp 1,026 T di 2020

Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli/Iconomics
Kinerja keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 10,3 triliun atau turun 14,0% di 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terutama karena penurunan piutang pembiayaan yang didorong oleh penurunan pembiayaan baru yang sejalan dengan penurunan signifikan pada pasar penjualan otomotif, serta adanya restrukturisasi pinjaman kepada konsumen sepanjang 2020.
Sementara itu, kata Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli, beban bunga tercatat sebesar Rp 4,3 triliun, atau turun sebesar 9,2%. Karena itu, pendapatan bunga bersih Adira Finance tercatat sebesar Rp 6,0 triliun, turun 17,1% secara tahunan (yoy). Akibatnya margin bunga bersih Adira Finance juga menurun menjadi sebesar 12,0% di 2020.
“Di samping itu, beban operasional kami turun sebesar 4,7% menjadi Rp 3,5 triliun di mana kami telah melakukan langkah-langkah secara efektif untuk mengelola biaya operasional selama pandemi. Cost of credit kami meningkat sebesar 13,4% menjadi Rp 2,0 triliun,” kata Hafid dalam keterangan resminya, Senin (22/2).
Dengan demikian, kata Hafid, laba bersih perusahaan setelah pajak tercatat sebesar Rp 1,026 triliun atau mengalami penurunan sebesar 51,4%. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan masing-masing tercatat menjadi sebesar 3,1% dan 13,3% di 2020.
Sementara itu, kata Hafid, biaya kredit perusahaan termasuk piutang pembiayaan bersama naik menjadi 6,4% atas total piutang yang dikelola pada 2020 seiring dengan kondisi lingkungan bisnis yang terus memburuk sepanjang 2020. Sedangkan non-performance loan (NPL) tercatat sebesar 1,9% dari piutang yang dikelola, lebih rendah dibandingkan dengan industri pembiayaan sekitar 4,0%.
Pada saat yang sama, Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan, prioritas perusahaan adalah memperoleh likuiditas yang cukup guna memenuhi semua kewajiban keuangan dan pendanaan untuk kebutuhan bisnis. Dalam memperoleh kebutuhan pendanaannya, perusahaan berhasil menerbitkan obligasi pada Juni 2020 sebesar Rp 1,5 triliun (Rp 1,3 triliun konvensional dan Rp 200 miliar Sukuk).
Perusahaan, kata I Dewa Made, juga telah menggunakan fasilitas pinjaman sindikasi (syndicated loan) luar negeri sebesar US$ 300 juta di mana pinjaman ini telah sepenuhnya dilakukan lindung nilai (fully hedged) baik dari pokok maupun suku bunganya. “Adira Finance juga mendapatkan dukungan standby facility setara dengan US$ 280 juta,” kata I Dewa Made.
Dengan adanya kecukupan likuiditas, kata I Dewa Made, perusahaan telah membayar seluruh kewajiban keuangannya termasuk membagikan dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp 1,06 triliun pada April 2020, dan mendanai kebutuhan bisnisnya dengan menggunakan fasilitas pendanaan yang tersedia dan pembayaran angsuran dari nasabah. Perusahaan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui dukungan dari pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, Bank Danamon dan memperoleh pinjaman eksternal (pinjaman bank dan obligasi).
Pembiayaan bersama, kata I Dewa Made, mewakili 45% dari piutang yang dikelola. Total pinjaman eksternal perusahaan per 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp 16,8 triliun, terdiri atas pinjaman bank (luar negeri dan dalam negeri) dan obligasi, masing-masing memberikan kontribusi 54% dan 46%. Gearing ratio turun menjadi 2,1 kali pada 2020 dibandingkan dengan 2,8 kali tahun lalu.
“Pada Januari 2021, Pefindo, lembaga pemeringkat domestik, telah menetapkan kembali pemeringkatan Adira Finance yaitu idAAA (stabil) di tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung. Peringkat ini memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengakses sumber pendanaan yang lebih kompetitif,” kata I Dewa Made.
Leave a reply
