Berkah Pandemi Covid-19 di Pasar Modal, Bangkitnya Investor Ritel Domestik

0
149

Pandemi Covid-19 telah memicu kebangkitan investor ritel domestik di pasar modal Indonesia. Saat investor institusi memilih wait and see dan beralih ke aset safe haven dan investor asing hengkang dari pasar Indonesia, investor ritel justru menjadi penopang tetap bergairahnya transaksi di pasar modal selama pandemi.

Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas, Friderica Widyasari Dewi mengatakan kebangkitan investor ritel domestik di pasar modal Indonesia merupakan berkah di balik pandemi Covid-19.

“Ini suatu kabar yang sangat baik, karena sebetulnya di suatu market apabila investor domesitk ritelnya kuat maka pasar tersebut bisa dikatakan lebih stabil dibandingkan apabila terlalu didominasi oleh foreign investor yang mungkin dananya besar tetapi bisa masuk dan keluar kapan saja,” ujar perempuan yang disapa Kiki ini dalam webinar ‘Proyeksi Pasar Modal Indonesia 2021’, yang digelar Iconomics, Jumat (18/12).

Kebangkitan investor ritel ini membuat transaksi di pasar modal Indonesia meningkat drastis. Kiki mengatakan nilai transaksi harian pasar modal Indonesia sebelum pandemi merebak rata-rata Rp9 triliun. Kemudian selama pandemi sempat turun menjadi Rp7 triliun.

Baca Juga :   Didesak Jelaskan Realisasi Investasi yang Mangkrak, Ini Jawaban Bahlil di Komisi VI DPR

“Yang sangat menarik, sangat mengangetkan tetapi juga sangat menggembirakan munculnya investor domestik Indonesia yang sangat aktif. Mungkin karena work form home kemudian membuat orang lebih leluasa untuk trading secara online dan sebagainya. Kemudian kita lihat saat ini nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia per hari itu bisa luar biasa. Yang tadinya Rp9 triliun, pernah hari-hari tertentu Rp19 triliun per hari, Rp20 triliun bahkan Rp32 triliun,” ujar perempuan yang pernah menjadi Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) ini.

Frekuensi perdagangan pun meningkat. Tahun lalu, ungkap Kiki rata-rata frekuensi perdagangan mencapai sekitar 400 ribu per hari. Sekarang sudah 500 ribu transaksi per hari dan bahkan pernah satu hari 1 juta transaksi.

“Ini suatu kabar gembira tetapi juga bisa menimbulkan problem dalam hal teknologi misalnya. Kita mendengar beberapa sekuritas kemudian mengalami  gangguan pada sistem karena biasanya tidak sedemikian peak-nya, kemudian dibanjiri oleh investor ritel ini, kemudian terjadi sedikit masalah. Tetapi it’s a nice problem,” ujarnya.

Melihat kebagkitan investor ritel ini, Kiki optimistis pasar modal Indonesia ke depan akan makin maju. “Intinya adalah kita sangat optimistis dengan pasar kita ketika para investor institusi kemudian lebih wait and see pada situasi saat ini, mereka lebih beralih ke safe haven asset, tetapi investor ritel inilah yang kemudian menyelematan pasar modal kita saat ini dan harapannya ke depan terus tumbuh,” ujarnya.

Baca Juga :   Pemerintah Targetkan Investasi Rp1.400 Triliun, Kementerian BUMN Targetkan Investasi yang Diperoleh Rp127 Triliun

Bangkitnya investor ritel di pasar modal dirasakan oleh PT Bareksa Portal Investasi, perusahaan financial technology yang menjadi marketplace jual beli reksa dana dan SBN ritel. Karaniya Dharmasaputra, CEO Bareksa pada kesempatan yang sama mengungkapkan pertumbuhan Assets under management (AUM) reksa dana di Bareksa pada periode Agustus-November 2020 mencapai 112%, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelumnya.  Jumlah investor juga bertumbuh sebesar 65% pada periode tersebut. Tren yang sama juga terjadi pada penjualan SBN ritel misalnya antara penjualan ORI16 yang diluncurkan pada tahun 2019 dan ORI17 yang ditawarkan pada tahun 2020. Dari sisi nilai penjuaan, ada peningkatan sebesar 608,34%. Sedangkan dari sisi jumlah investor meningkat 382,23%.

Pria yang disapa Kara ini mengungkapkan yang menarik adalah investor ritel yang menjadi investor di Bareksa tidak hanya investor milenial yang baru memulai investasi dengan nilai inevstasi yang kecil. Tetapi juga investor ritel middle up yang sudah mempunyai kemampuan finansial untuk berinvestasi dengan size yang besar, termasuk dari kalangan high net worth di segmen umut 40-50.

Baca Juga :   Investasi di KEK, Ini yang Diberikan Pemerintah

“Waktu pertama kali Covid menghantam negara kita, diumumkan secara resmi sebagai wabah nasional, waktu itu terus terang saya dan beberapa teman yang bergerak di online investmen melihat bahwa we were in trouble. Karena siapa sih yang mau invest, semua orang katanya menahan uangnya, ekonomi enggak bergerak bahkan mati suri. Tetapi yang kita lihat adalah sebuah fenomena yang berkebalikannya. Justru kita melihat adanya sebuah pertumbuhan yang akselererted,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics