Setelah Masalah Kesehatan Tertangani, Sektor Perbankan Diperkirakan Tumbuh Kencang

0
317

Sektor perbankan diperkirakan akan mengalami pemulihan yang cepat saat masalah pandemi Covid-19 sudah tertangani dengan baik nanti. Saat ini, pertumbuhan kredit sektor perbankan mengalami tekanan akibat rendahnya permintaan kredit. Namun, begitu ada kejelasan mengenai vaksin dan jadawal vaksinasi, permintaan kredit diperkirakan akan kembali naik.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo mengatakan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di kisaran 83%, likuiditas perbankan saat ini sangat memadai. Namun, yang menjadi tantangan adalah penurunan kredit yang cukup drastis karena masyarakat baik yang kelas menengah-atas maupun kelas bawah masih belum berkonsumsi secara aktif. Di sisi lain perusahaan-perusahaan juga masih belum melakukan perencanaan capital expenditure (capex) atau belanja modal.

“Kita harapkan situasi ini akan berubah begitu nanti schedule atau kejelasan mengenai vaksinasi, kita harapkan munculkan confidence para pelaku usaha dan konsumen secara umum mulai menjalakan perencanaan mereka untuk pembelian dan capex,” ujar pria yang disapa Tiko ini saat acara Media Talk dengan tema ‘Dukungan Perbankan untuk Ekonomi di Masa Pandemi’, Rabu (2/12).

Namun, tambah Tiko, pemulihan sudah mulai terlihat terutama untuk segmen UMKM. Di Bank BRI misalnya, menurut pria yang juga menjadi Komisaris Utama BRI ini, pemulihan kredit terjadi lebih cepat.

“Di bulan September-Oktober, demand kredit sudah mulai terlihat. Ini menunjukkan bahwa program stimulus pemeritah itu efektif dalam membangun demand side khususnya untuk yang di segmen menengah bawah dan di rural area,” ujarnya.

Namun untuk segmen korporasi dan masyarakat perkotaan, pemulihannya memang lebih lambat seperti yang dialami Bank Mandiri yang sebagian besar penyaluran kreditnya untuk segmen ini.

Baca Juga :   OCBC NISP Revisi ke Bawah Target Pertumbuhan Kredit Tahun Ini

“Karena memang di perkotaan kita tahu ada PSBB, itu confidence masyarakat untuk berbelanja maupun untuk membeli barang besar seperti mobil, rumah, agak menurun. Ini kita harapkan di Januari nanti, apabila akhirnya vaksin kita akan diumumkan dan akan dijadwalkan vaksinasinya diharapkan mulai ada demand untuk consumer maupun untuk modal kerja,” ujarnya.

Meski ada tekanan dari sisi kredit, Tiko mengatakan pandemi Covid-19 juga setidaknya memberikan beberapa dampak positif bagi perbankan seperti dari sisi stabilitas karena LDR menurun siginifikan.  Tahun lalu, kondisi LDR perbankan sempat mengalami overheating saat LDR mencapai 90% yang membuat kondisi pasar keuangan menjadi sangat ketat saat itu dan terdapat bank yang mengalami kesulitan likuiditas.

“Sekarang ini dengan situasi likuiditas mengendor LDR di sekitar 83% tentunya  situasi perbankan sekarang tenang, walaupun memang tantangannya adalah bagaimana menangani restrukturisasi kredit yang terdampak Covid. Ini  kita tahu juga OJK sudah memperpanjang periode POJK 11 setahun ke depan sehingga diharapakan dalam setahun ke depan ini proses restrukturisasi dan penataan portofolio di Himbara ini bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Dari sisi rasio kredit bermasalah (non performing loan), Tiko mengatakan trennya saat ini melandai. Meski patut diwaspadai kredit dalam perhatian khusus atau special mention loan kategori kolektibilitas dua yang meningkat.

Bank Himbara, jelas Tiko, memang sangat aktif melakukan restrukturisasi kredit. Dari sekitar Rp950 triliun nilai restrukturisasi kredit lebih dari 50% ditangani oleh bank Himbara. Restrukturisasi ini sendiri telah membuat tekanan di sektor riil tidak terlalu besar karena bank memberikan ruang untuk melakukan restrukturisasi dan reprofiling pembayaran bunga dan pokoknya. “Ini kita harapkan bisa kita selesaikan di tahun depan seluruh restrukturisasi ini. Harapannya nanti dengan vaksinasi berjalan, recovery dari kredit growth maupun  dari restrukturisasi ini bisa berjalan bertahap sehingga tidak ada dampak jangka menengah bagi perbankan di masa yang akan datang,” ujarnya.

Baca Juga :   Tahun 2020, Maybank Indonesia Bukukan Laba Bersih Rp1,3 Triliun

Tiko mengatakan pandemi Covid-19 juga memiliki dampak positif lainnya yaitu menurunnya suku bunga kredit. Diharapkan suku bunga kredit di Indonesia bisa terus menurun di bawah 10%. “Harapannya setelah nanti konsolidasi perbankan ini semakin baik pasca Covid suku bunga kredit ada di kisaran di bawah 10%,” ujarnya.

Tiko mengatakan meski pada tahun 2020 ini, kinerja bisnis bank mengalami penurunan, tetapi ada harapan proses pemulihannya akan menyerupai logo perusahaan Nike, dimana setelah ada penurunan yang tajam akan terjadi kenaikan yang tajam.

“Harapannya 2021 memang menjadi tahun terakhir penurunan pendapatan perbankan. Khususnya karena restrukturisasi dimana karena restrukturisasi ada pengurangan pendapatan pokok dan bunga. Tetapi after Covid nanti sektor perbankan diperkirakan akan cepat rebound,” ujarnya.

Pemulihan yang cepat ini terindikasi dari likuiditas yang melimpah di bank yang menunjukkan bahwa daya beli masyarkat dan kas yang dimiliki perusahaan saat ini cukup besar. Saat ini likuiditas tersebut mengendap sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank lebih karena masyarakat masih khawatir dengan pandemi.

“Begitu kesehatan bisa dijawab permasalahannya, harapanya masyarakat cukup punya dana untuk melakukan spending terutama spending barang-barang yang besar, seperti rumah mobil dan sebagainya. Dan juga korporasi besar, sekarang posisi kasnya meningkat karena mereka tidak melakukan ekspansi atau tidak melakukan penambahan inventori. Kalau nanti permasalahan kesehatan sudah ditangani tentunya juga perusahaan-perusahaan besar punya kapasitas cukup untuk melakukan ekspansi baik ekspansi kapasitas maupun juga capex untuk penambahan fasilitas-fasilitas baru,” ujarnya.

Baca Juga :   Tumbuh Signifikan, Trade Finance dan Funding Retail Jadi Andalan Bank Bukopin

Pemulihan yang cepat dari sektor perbankan ini, jelas Tiko, sudah terlihat pada pasar modal sebagai leading indicator. Ia mengatakan dana-dana asing yang masuk ke bank Himbara tinggi sekali sehingga harga saham bank-bank plat merah ini naik signifikan.

“Kalau saya lihat saham BRI hari ini ada di kisaran 4.200-an, itu pernah di puncaknya itu 4.670. Artinya recovery saham BRI itu bahkan sudah hampir mendekati harga tertingginya BRI dulu. Padahal kalau kita lihat ini kita baru setengah jalan dalam proses recovery pasca Covid. Jadi memang menarik bahwa investor-investor pasar modal ini melihat potensi reboud dari kinerja perbankan khusunya Himbara ini sangat tinggi,” ujarnya.

Saham BTN bahkan, tambah Tiko sudah naik sekitar 100% dalam 6 bulan terakhir ini. Kondisi ini terjadi karena investor berkeyakinan proses restrukturisasi di BTN akan cepat selesai dan juga sektor properti akan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan pasca Covid-19.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics