
Perbankan Makin Selektif Menyalurkan Kredit

Ilustrasi/Harian Nasional
Sejumlah bank sudah merilis laporan keuangan pada kuartal pertama 2020. Di tengah kelesuan ekonomi akibat wabah Covid-19, penyaluran kredit perbankan masih tetap tumbuh meski trennya melambat.
Tren ini misalnya terlihat dari penyaluran kredit tiga bank BUMN yaitu BRI, BNI dan BTN.
Bank BRI misalnya penyaluran kredit masih tumbuh meski trennya melambat. Jumlah outstanding kredit yang disalurkan BRI hingga 31 Maret 2020 sebesar Rp 901,81 triliun, naik 8,54% year on year (yoy) dari Rp 830,97 triliun pada 31 Maret 2019. Pertumbuhan kredit ini melambat, karena pada periode yang sama tahun 2019 lalu pertumbuhannya sebesar 12,74% yoy dari Rp 736,99 triliun pada 31 Maret 2018.
Penyaluran kredit BNI per 31 Maret 2020 juga masih tumbuh 11,17% yoy, tumbuh di atas rata-rata industri yang sebesar 7,95% yoy. Jumlah outstanding kredit BNI pada 31 Maret 2020 sebesar Rp 579,6 triliun. Seperti BRI, pertumbuhan kredit BNI juga melambat dibandingkan periode kuartal pertama 2019 lalu yang tumbuh sebesar 18,63% yoy menjadi Rp 521,35 triliun.
BTN juga penyaluran kreditnya masih tumbuh sebesar 4,39% yoy menjadi sebesar Rp 229,33 triliun. Pada periode kuartal pertama 2019 lalu pertumbuhannya masih lebih kencang yaitu 19,6% yoy dari Rp 183,7 triliun pada kuartal pertama 2018 menjadi Rp 219,7 triliun pada kuartal pertama 2019.
Tak hanya bank BUMN, bank swasta juga mengalami hal yang sama, seperti Bank CIMB Niaga. Per 31 Maret lalu jumlah outstanding kredit bank yang sudah masuk kelompok Bank BUKU IV ini adalah sekitar Rp 191 triliun, masih tumbuh sebesar 2,77% yoy. Tetapi bila dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu, tren pertumbuhan kredit CIMB Niaga mengalami perlambatan. Kuartal pertama 2019 lalu pertumbuhan kreditnya sebesar 5,57% yoy.
Gambaran yang sama juga terlihat pada Bank OCBC NISP. Per 31 Maret lalu, penyaluran kredit bank yang masih berada di kelompok Bank BUKU III ini tumbuh 5,44% yoy menjadi sekitar Rp 124 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan kredit OCBC NISP sebesar 6,08%.
Pertumbuhan kredit yang melambat ini memang tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi yang mengalami kelesuan akibat pandemi Covid-19. Sepanjang tiga bulan pertama 2020 ini, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97%.
Penurunan terutama berasal dari melambatnya ekspor jasa khususnya pariwisata, konsumsi non makanan dan investasi dengan sektor yang paling terdampak terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sub sektor transportasi.
Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pandemi Covid-19 berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada kapasitas debitur.
“Kalau sektor riil terganggu itu juga mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan. Kita mengharapkan bahwa Covid ini cepat selesai,” ujarnya dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.
OJK jelasnya terus memantau dampak Covid-19 pada sektor riil dan bagaimana transmisinya ke sektor keuangan.
“Sejak 2015 kita lihat pertumbuhan perbankan kita baik dari total aset, DPK, maupun kredit yang disalurkan perbankan terus tumbuh baik. Namun kita lihat di tahun-tahun terakhir apalagi dengan Covid, perbankan makin selektif menyalurkan kreditnya. Ini wajar bahwa bank mulai memitigasi risiko,” ujar Heru.
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP mengatakan pada awal tahun 2020 ini pihaknya memproyeksikan pertumbuhan kredit pada tahun ini bisa mencapai 7% hingga 9%.
“Kalau melihat kondisi sekarang mungkin lebih di low single digit antara 0-5%. Tetapi tentu ini semua sangatlah tergantung kepada kondisi perkembangan Covid-19 sendiri,” ujar Parwati beberapa waktu lalu.
Menurutnya perlambatan penyaluran kredit ini terjadi karena sejumlah sektor ekonomi melambat seperti pariwisata dan perhotelan, terutama di daerah yang memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tetapi, ia menjelaskan di luar daerah-daerah yang menerapkan PSBB ini bisnis tetap tumbuh dan permintaan kredit baru tetap ada.
Leave a reply
